Thursday, January 21, 2016

MAKALAH OBYEK WISATA TANAH LOT DAN GARUDA WISNU KENCANA (GWK)



MENGENAL OBYEK WISATA TANAH LOT
DAN GARUDA WISNU KENCANA


KARYA TULIS

Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh
Tahun Pelajaran 2015 / 2016










Disusun Oleh :

FRIDI ENDAH ASTUTI
Kelas                     : XII IPS 1
No. Induk              : 3588



MADRASAH ALIYAH NEGERI SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS
2015


                                        KEMENTERIAN AGAMA
                             MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)
                                                              SUMPIUH
                             Jl. Kebokura Sumpiuh, Telp. (0282) 497611 Kab. Banyumas 53195
 


PENGESAHAN

Karya Tulis Berjudul : MENGENAL OBYEK WISATA TANAH LOT
     DAN GARUDA WISNU KENCANA

Disusun Oleh :
Nama siswa   : FRIDI ENDAH ASTUTI
Kelas : XII IPS I
No. Induk     : 3588

Setelah membaca naskah karya tulis ini secara keseluruhan dan perbaikan seperlunya dengan ini kami menyatakan bahwa karya tulis ini memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah.


                                                                                                                                                            Sumpiuh,    September 2015
      Mengetahui
      Kepala MAN Sumpiuh                                     Pembimbing,



      Drs. H. Affandie, M.Ag                                 Ahmad Suyuti Latif, S.Pd
      NIP. 196006201987031002                            NIP. 197212111998031003



MOTTO
 

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui, apa yang kamu tidak ketahui”. (QS. Al-Baqarah:30)

PERSEMBAHAN
Dalam pembuatan karya tulis yang berjudul Pesona Keindahan Garuda Wisnu Kencana dan Tari Barong ini, penulis ingin mempersembahkan kepada :
1.      Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan moril dan materiil, serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2.      Bapak dan Ibu Guru yang terhormat, yang telah mengajarkan materi sekolah.
3.      Teman-teman seperjuangan yang selalu bekerja sama.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan lancar. Sholawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai pencerah kehidupan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Amin.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan pengamatan pada waktu study tour yang diadakan oleh Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Madrasah, sehingga bagi siswa-siswi kelas XI wajib mengikuti study tour dan membuat karya tulis. Dan pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Drs. H. Affandie, M.Ag., selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
2.      Ahmad Suyuti Latif, S.Pd, selaku guru pembimbing karya tulis yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.
3.      Bapak/lbu guru serta Staf Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
4.      Keluarga tercinta (Ayah dan Bunda) yang telah mendukung secara moril maupun materiil kepada penulis.
5.      Semua pihak yang terkait dan ikut membantu penyusunan karya tulis ini


Panulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari materi, gaya bahasa, dan dari aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang setulus-tulusnya serta mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.



Sumpiuh,  1 September 2015
Penulis


FRIDI ENDAH ASTUTI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
BAB I       PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.     Pembatasan Masalah......................................................................... 2
C.     Rumusan Masalah.............................................................................. 2
D.     Tujuan Penulisan................................................................................ 3
E.      Manfaat Penulisan.............................................................................. 4
BAB II      PEMBAHASAN MASALAH
A.     Patung Garuda Wisnu Kencana.......................................................... 5
2.1.Lokasi Patung Garuda Wisnu Kencana........................................ 5
2.2.Bukit Kapur Unggas Menjadi Taman Budaya............................... 7
2.3.Proyek Garuda Wisnu Kencana................................................. 11
2.4.Pengembangan di Bukit Kapur yang Gersang............................. 13
2.5.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra Natural................................... 15
2.6.Garuda Wisnu Kencana Menggeliat Lagi.................................... 18
B.     Mengenal Obyek Wisata Sangeh..................................................... 28
BAB III    PENUTUP
A.     Kesimpulan..................................................................................... 31
B.     Saran-saran..................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh mengadakan Study tour ke Pulau Bali untuk bahan pembuatan karya tulis yang dijadikan syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah. Sebagai langkah penulisan karya tulis kami hanya mendapat keterangan dan penjelasan yang sangat sesuai dengan yang diberikan.
Dalam karya tulis ini, penulis memilih obyek wisata yang berjudul “Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan Wisata Alam Sangeh” Obyek tersebut banyak hal-hal yang patut kita ketahui sebagai warga negara Indonesia yang cinta terhadap sejarah dan budaya Indonesia. Penulis memilih obyek wisata tersebut karena dari lokasi tersebut penulis dapat mengetahui berbagai ragam kebudayaan yang ada di Bali.
Patung Garuda Wisnu Kencana, patung tersebut berwujud dewa wisnu yang dalam agama Hindu adalah dewa pelindung, mengendarai burung garuda. Diambil dari cerita “Garuda dan kerjaannya” dimana rasa bhakti dan pengorbanan burung untuk menyelamatkan ibunya dan perbudakan akhirnya dilindungi oleh dewa wisnu. Patung ini dibangun dengan ketinggian 1401 meter. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dan misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Garuda Wisnu Kencana atau sering kita sebut dengan nama GWK merupakan sebuah patung garuda yang ada di Jimbaran, Bali. Tepatnya patung ini berlokasi di Bukit Unggasan – Jimbaran Bali. Karya masterpiece bali I Nyoman Nuarta.
Sedangkan obyek Wisata Alam Sangeh merupakan sejarah yang dikeramatkan oleh masyarakat Bali dan simbol dari keindahan alam yang tidak tertandingi.
Saya khususunya semua siswa MAN Sumpiuh baru saja melaksanakan kegiatan study tour guna menikmati keindahan Pulau Bali dan juga sebagai sarana untuk menyusun karya tulis yang saya beri judul “Keindahan Obyek Wisata Alam Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK)” sebagai wujud laporan kunjungan wisata ke Bali selain itu juga sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAM/UAN) Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun ajaran 2012 / 2013.

B.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalahnya dapat dikemukakan sebagai berikut :
  1. Penulis memilih Garuda Wisnu Kencana dan Wisata Alam Sangeh.
  2. Tempat Wisata ini memberikan nuansa kemegahan sebuah patung garuda yang dikombinasi dengan sebuah tempat peribadatan orang Hindu.
  3. Agar para pembaca mengetahui lebih dekat dan lebih detail tentang patung Garuda Wisnu Kencana.


C.     Rumusan Masalah
Dengan menganalisis masalah-masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yang dikemukakan sebagai berikut :
1.      Siapa yang membangun dan mengembangkan Garuda Wisnu Kencana di Pulau Bali ?
2.      Kapan GWK mulai dikembangkan dan dibangun ?
3.      Apakah unsur-unsur agama yang terkandung di tempat wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan apa ?
4.      Dimanakah letak obyek wisata Alam Sangeh ?
5.      Kapan obyek wisata Alam Sangeh mulai dirintis ?
6.      Siapakah yang membangun Pura Bukit Sari ?

D.    Tujuan Penulisan
Penulis mempunyai tujuan dalam penulisan karya tulis, seperti yang dituliskan di bawah ini :
  1. Yang membangun dan mengembangkan Garuda Wisnu Kencana di Pulau Bali adalah I Nyoman Nuarta.
  2. GWK mulai dikembangkan dan dibangun sejak tahun 1977.
  3. Unsur-unsur agama yang terkandung di tempat wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan yang melaksanakan ibadah disana yaitu Wisnu symbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang didominasi kawasan Garuda Wisnu Kencana.
  4. Terletak di Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abi Ansemal, Kabupaten Bandung, Propinsi Bali.
  5. Pada tanggal 1 Januari 1969
  6. Yang membangun Pura Bukit Sari adalah anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, anak angkat Raja Mengawi Cokorda Sakti Blambangan.
  7. Jumlahnya kurang lebih 600 ekor.

E.     Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat penulis sampaikan dalam study tour ke Bali dan penyusunan karya tulis ini adalah :
  1. Dapat dijadikan sebagai pengalaman hidup
  2. Melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam memecahkan masalah
  3. Sebagai masukan dan pembanding bagi penulisan karya tulis lebih lanjut ataupun penelitian yang lain
  4. Sebagai sumbangan karya tulis bagi pengembangan ilmu pengetahuan baik almamater pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
  5. Memberikan informasi kepada pembaca agar pembaca mengenal obyek wisata tersebut.
  6. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.     PATUNG GARUDA WISNU KENCANA
2.1.Lokasi Wisata Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan -Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Garuda Wisnu Kencana (GWK), merupakan patung Dewa Wisnu yang berdiri tegak di Bukit Unggasan Jimbaran Bali (selatan bandara). Patung buatan seorang lulusan ITB bernama I Nyoman Nuarta ini konon akan ditata diatas patung Garuda setinggi 75 meter dengan keseluruhan tinggi patung mencapai 145 meter dan mengalahkan tinggi Liberti (yang hanya setinggi 151 kaki atau sekitar 46 meter). Letak patung yang berada dibukit kapur dengan ketinggian 300 dpi ini kemudian akan menyambut siapapun yang hendak mendarat di pulau Bali.
Sejak dibangun tahun 1997, sampai dengan saat ini kondisi patung baru selesai 15% yang terdiri dari patung Dewa Wisnu dan Kepala Garuda. seperti yang dituliskan harian pikiran rakyat tahun lalu, Presiden SBY mengharapkan proyek ini kelar 20 Mei 2008 mendatang. Pembangunan yang tengah terhenti ini menemui beberapa kendala antara lain masalah pendanaan yang konon masih memerlukan setidaknya Rp.600 miliar. Apalagi sejak terjadinya bom bali Tahun 2002 lalu yang membawa dampak terhadap sejumlah investor batal melakukan pendanaan. Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan dipahat pula.
Menurut keterangan yang diperoleh di lokasi, patung yang berasal dari kuningan dan tembaga ini dibuat di Bandung kemudian dikirimkan ke Bali dengan kondisi terpecah-pecah dalam beberapa bagian yang siap rangkai. Dewa Wisnu sendiri dalam keyakinan umat Hindu merupakan dewa pelindung atau pemelihara alam semesta. Sedangkan Garuda adalah kendaraan Dewa Wisnu, yang melambangkan kebebasan dan pengabdian. sehingga secara keseluruhan, GWK diharapkan menjadi simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.
2.2.Bukit Kapur Unggasan Menjadi Taman Budaya
Menyebut nama Pulau Dewata Bali seakan tidak terpisahkan dari pariwisata, Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Sumber kekuatannya adalah keindahan alam, termasuk kemolekan garis pantainya Nyaris tiap jengkal kawasannya memantulkan keteduhan. Alam yang hijau segar cukup mendominasi.
Pemandangan itu secara tidak langsung menggambarkan perbedaan mencolok dengan daerah lain yang sudah menjadi gundul dan tandus akibat ulah penduduknya. Perbedaan lainnya bisa dicatat dari perkampungannya, entah di kota atau di pedesaan. Perkampungan di Bali jauh dari kesan gersang. Rumah-rumah umumnya tumbuh di antara atau di bawah naungan pohon. Tidak sedikit pohon di kawasan ini tumbuh secara alamiah, namun terpelihara hingga berusia tua. Sumber kekuatan lainnya adalah masyarakatnya yang umumnya ramah, tulus, dan hangat. Berada di antara orang Bali seakan lepas dari rasa cemas atau khawatir akan ditipu atau ulah menyakitkan lainnya
Juga dukungan agama dan budayanya yang sungguh menekankan keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alam dan satwanya Semua itu adalah pendukung utama yang mengibarkan Bali menjadi daerah tujuan wisata bernilai tinggi. Namun, kemolekan Bali ternyata masih menyisakan Ungasan. Kawasan perbukitan itu praktis tidak masuk dalam kamus obyek wisata Bali yang sangat mengandalkan industri pariwisata. Tentu saja karena tidak ada obyek menarik yang pantas dijual dari kawasan sekitar 32 Km selatan Kota Denpasar itu. Yang terbentang hanyalah pemandangan tandus. Maklum saja, Unggasan dan sekitarnya memang merupakan perbukitan kapur yang memancarkan pemandangan tandus dan gersang.
Berbeda dengan wilayah Bali lainnya, perbukitan Unggasan tergolong kawasan miskin humus. Tak ada bagian lahan yang dapat diolah menjadi sawah. Masyarakat setempat memanfaatkan lahan sekitarnya hanya untuk ditanami jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Keberadaan lahan garang itu selanjutnya berpengaruh langsung terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Sosok kemiskinan memang terpancar kuat dari perkampungan Ungasan. Seperti apa gambarannya, sebut saja misalnya rumah yang lazim disebut kubu sebagai tempat tinggal warganya, rata-rata hanya dari bahan gedek (anyaman bambu). Sesuai kondisi lahan, hasil kebun pun sangat terbatas, hanya berupa kacang-kacangan, singkong, dan ubi jalar (tatas). Lalu bermodalkan hasil kebun itu, warga pergi ke pasar di Denpasar atau Kuta dengan harapan barang bawaan mereka dapat dibarter dengan beras, garam, atau barang kebutuhan lainnya.
Sebuah kesaksian panjang dengan babakan kisah kontras. Belenggu kemiskinan terus mengurung kehidupan warga Ungasan. Namun, dari perbukitan Ungasan, mereka juga menyaksikan gelimang pariwisata yang tak henti-hentinya mengalirkan rezeki dan kemegahan bagi warga tetangganya di Kuta dan Denpasar. Namun, jangan cepat terkecoh dulu Unggasan yang memancarkan kemiskinan itu adalah kisah masa lalu, setidaknya hingga awal tahun 1990-an.
Unggasan kini sudah berubah jauh, bahkan lelah menjadi salah satu obyek wisata yang mampu membuat para pengunjung berdecak kagum. "Kalau dulu atau hingga sebelum peristiwa peledakan bom Bali, wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan ini rata-rata 500 orang per hari atau kurang lebih 15.000 per bulan. Belakangan, wisatawan asing yang berkunjung merosot jauh. Tiap bulannya mungkin hanya 2.000-an, "ujar I Ngurah Rai Riauadi dari Yayasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, pertengahan Juli lalu. Adalah Nyoman Nuarta yang sekitar tahun 1992 berangan-angan tinggi. Melalui permenungan dan khayalan mendalam, seniman yang ketika itu menetap di Bandung, Jawa Barat, ini membayangkan pada saatnya kawasan tandus Unggasan di bagian selatan Kabupaten Badung, Bali, berubah menjadi taman budaya.
Masih dalam angan-angannya, taman itu meminjam kata-kata Mochtar Pabottingi (dari kata pengantar Mochtar Pabottingi dalam buku Berpikir Ulang tentang Ke-Indonesiaan, Jakob Oetama, 2001) tidak hanya menjadi simbol hasil saringan dan internalisasi sisi-sisi baik budaya Bali, tetapi juga menjadi obyek wisata andalan Indonesia, jendela budaya dunia, dan karena itu sekaligus menjadi pusat pertumbuhan. Nyoman Nuarta yang adalah alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1979 itu tidak hanya berangan-anggan atau berhenti pada tataran ide. la turun ke tataran praktis. Lanjutan langkah pergumutannya kemudian menjelma menjadi sebuah program yang dikenal bernama Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK). Bernaung di bawah Yayasan GWK pimpinan Nyoman Nuarta, proyek itu intinya berupa pembangunan sebuah patung berukuran raksasa untuk ditakhtakan di puncak bukit kapur yang tandus, Ungasan.
Patungnya sendiri juga bernama Garuda Wisnu Kencana, Wisnu yang dimaksud di sini adalah Dewa Wisnu. Menurut keyakinan agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa pelindung atau sumber kekuatan utama pemelihara alam semesta, Wujud yang menyertainya adalah garuda, seekor burung raksasa yang jadi kendaraan Dewa Wisnu, sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih. Atau merujuk cerita Adi Parwa dalam Mahabharata, Dewa Wisnu melindungi bakti dan pengorbanan burung garuda yang dengan gigih berjuang menyelamatkan ibundanya dari perbudakan. Lalu, patung GWK sendiri, selain akan jadi maskot sebuah taman budaya, juga merupakan simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia (lihat: Pesona Wisata Kabupaten Badung). Setelah melalui pergumulan panjang selama sekitar lima tahun, proyek GWK. baru mulai terealisasi dengan dukungan dana tidak sedikit dari pemerintah dan berbagai pihak lainnya, tahun 1997.
Sesuai dengan konsepnya, pekerjaan awalnya yang langsung ditangani Nyoman Nuarta sendiri adalah mencipta patung wajah Wisnu setinggi 12 meter bersama burung garudanya, yang menelan biaya Rp 30 miliar. Pembuatan patung dilakukan di Bandung. Patung GWK sendiri nantinya akan diletakkan pada ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau kurang lebih 263 meter dari permukaan laut. Dengan demikian, keberadaannya bisa disaksikan dari radius cukup jauh, sekitar 20 km. Sesuai dengan rencana induknya, penataan bukit Unggasan bersama patung GWK akan dilengkapi taman patung, museum, galeri, pusat studio visual, hotel butik, resor, lapangan golf, taman festival, berbagai usaha bisnis, relief, dan bangunan pendukung lainnya.
2.3.Proyek Pembangunan GWK
Perubahan dan pengembangan perlu dilakukan di wilayah GWK, Disini yang berobsesi mengubah kawasan tandus Unggasan menjadi taman budaya sekaligus obyek wisata kaliber dunia, realisasi fisiknya di lapangan sebenarnya sudah mulai digarap sejak tahun 1997. Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukan penggalan batu, potongan kayu, atau benda lepas lainnya. Di sini yang diukir adalah permukaan bukit kapur dengan cakupan areal seluruhnya 250 hektar. Kisah tentang pengukiran bukit ini pun bertambah menarik karena sebagian permukaan kawasan sebelumnya sudah bopeng alias berlubang-lubang. "Luka bopeng" kulit bumi Unggasan terjadi akibat penggatian material kapur sebagai bahan bangunan di Denpasar, Kuta, atau tempat lainnya di Bali. Sebelum mulai mengukir sekitar enam tahun lalu, Nyoman Nuarta bersama kelompoknya dilaporkan lebih dahulu membenahi lubang-lubang liar di kawasan itu. Proyek yang menelan biaya triliunan rupiah itu hingga kini belum selesai.
Penggarapannya untuk sementara terhenti, terutama setelah peristiwa peledakan bom di Bali, 12 Oktober 2002. Seperti diakui Manager Humas GWK di Unggasan 1 Ngurah Rai Riauadi, sejumlah calon investor membatalkan rencana mendanai proyek GWK, langsung setelah tragedi tersebut "Padahal, yang paling ditunggu adalah pembangunan pedestal atau tapak patung. Hingga sekarang, pembangunannya belum dimulai karena dibutuhkan biaya tidak sedikit, lebih kurang Rp 1 triliun," jelas Rai Riauadi. Sementara itu, patung kepala Wisnu dan patung burung garuda (belum dilengkapi sayap) yang dikerjakan di Bandung oleh Nyoman Nuarta sudah rampung. Kedua patung dalam keadaan terpisah sudah tiba di bukit Unggasan sejak setahun lalu. Untuk sementara, patung kepala Wisnu diletakkan di puncak bukit paling tinggi hingga terlihat dan radius sekitar lima kilometer.
Adapun patung garuda berada di lokasi yang sama, tetapi letaknya lebih rendah hingga agak tersembunyi. Kedua patung itu nantinya disatukan, namun baru dilakukan setelah pembangunan pedestalnya rampung. "Pancangan patung Wisnu dan patung garuda sekarang ini hanya menunjukkan keseriusan perjuangan GWK mengubah bukit Unggasan menjadi taman budaya," tutur Rai Riauadi. Meskipun bukit Unggasan belum sepenuhnya berubah menjadi taman budaya sesuai dengan konsepnya, harus diakui kawasan itu sudah memancarkan daya tarik tersendiri hingga memancing wisatawan berkunjung ke sana. Seiring dengan pembangunan kampus baru Universitas Udayana, serta sejumlah hotel di sekitarnya, harga tanah di kawasan itu pun langsung melonjak. "Hingga akhir tahun 1980-an, tanah di Unggasan dan sekitarnya hanya dihargai sekitar Rp 400.000 per area (100 meter persegi). Sekarang tanah di lokasi yang sama paling murah Rp 20 juta per area," tutur seorang warga di Ungasan. Di perkampungan riyapun tidak kelihatan lagi rumah yang disebut kubu atau yang dibangun dari gedek. Perumahan warga rata-rata sudah permanen, bahkan tidak sedikit memiliki mobil pribadi. Dengan kata lain, kini sia-sia mencari warga Unggasan yang mengunjungi pasar di Denpasar atau Kuta untuk sekadar menukarkan hasil kebunnya, seperti singkong, umbi tatas, atau kacang-kacangan dengan garam, beras, atau barang kebutuhan lainnya.
2.4.Pengembngan di Bukit Kapur yang Gersang
Bukit kapur Unggasan sudah berubah meski warganya masih tetap menunggu kapan kawasan itu sungguh-sungguh menjadi taman budaya yang menyedot perhatian dunia. Terletak diatas dataran tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata di pesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan. Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual.
Kawasan seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai layanan tata boga. Sebagaimana istana-istana Bali pada zaman dahulu, pengunjung GWK akan menyaksikan kemegahan monumental dan kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Kendati pun anda datang sebagai bagian dan ribuan pengunjung sebuah event kebudayaan ataupun seorang diri untuk menikmati sekedar hidangan ringan dan minuman sambil menyaksikan matahari terbenam, anda akan merasakan keindahan alam dan budaya Bali serta keramah-tamahan penduduknya. Perwujudan modern sebuah tradisi kuno.
Wisnu Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang menyertainya adalah Garuda seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih.
Gapura Batu - beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambil dari kisah dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Rayon atau Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa.
2.5.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra Natural
Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang dengan kandungan mineral-mineral utama Keberadaan air di puncak bukit kapur padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi. Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan panen yang baik.
Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin. Tempat untuk berbagai kesempatan. Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal. Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas serta latar belakang palung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar.
Sebagaimana arena upacara desa-desa di Bali Street Theatre merupakan tempat yang sangat tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak. Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, vane terbuka untuk umum. Exhibition Gallery yang memiliki luas 200 m2 terdapat 10 m halaman terbuka di dalamnya. Santap malam dibawah naungan bintang. Sejumlah cafe dan restaurant menyediakan layanan tata boga yang lengkap, dari makanan kecil, hidangan ringan hingga banquets. Layanan On-site catering yang tersedia mampu melayani hingga 2000 porsi, dengan berbagai hidangan Indonesia, Oriental atau hidangan International yang dapat disesuaikan dengan tema dan lokasi tertentu.
Garuda Wisnu Kencana Akan Jadi Monumen Seabad Kebangkitan Nasional. Tempo Interaktif, Badung: Prseiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Garuda Wisnu Kencana sebagai tanda seabad Kebangkitan Nasional. Proyek yang baru rampung 15% itu akan diselesaikan bertepatan dengan peringatan seratus tahun berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 2008 nanti. Rampungnya proyek di atas lahan 100 ha     di  kawasan  Bukit  Jimbaran  itu  menandai  kebangkitan  Indonesia sekaligus sumbangan bangsa ini pada peradaban dunia setelah Candi Borobudur. "Saya mengajak, semua pihak bekerja-keras mewujudkannya.
Potensi pendanaan tinggal dimobilisasi, "ujar Yudhoyono dalam sambutan peresmian Garuda Wisnu Kencana Uluwatu Badung, Bali (18/2). la mengajak seluruh lapisan masyarakat, pengusaha, pemerintah setempat, dunia usaha, perorangan untuk ikut menyumbang dana demi menyelesaikan proyek ratusan milyar yang telah dimulai sejak 17 tahun silam itu. SBY menjanjikan bantuan segala hal dari pemerintah pusat yang bisa mendorong penyelesaian Garuda Wisnu Kencana Menurut Ketua Yayasan Made Mangku Pastika, saat ini bam Telkomsel dan Krakatau Steel yang telah menyatakan kesediaannya membantu pendanaan. Di luar itu, panitia masih akan mencari dana terutama dari kalangan pengusaha. "Optimis dana bisa terkumpul dan proyek selesai tepat waktu," sebut Pastika yang juga mantan Kapolda Bali ini. Selain sebagai penanda kebangkitan nasional, Garuda Wisnu Kencana, dalam obsesi SBY juga bakal menjadi pusat study kebudayaan dunia atau cultural world forum.
Di sini akan menjadi tempat pertemuan-pertemuan tingkat lokal, nasional maupun internasional yang membahas perkembangan berbagai bidang. Antara lain, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. "Saya terinspirasi Economic World Forum di Davos," sebut SBY, Tempat itu menjadi pusat pengkajian dan sering menjadi arena ajang pembahasan masalah ekonomi tingkat dunia Di sana juga berkumpulnya para cendekia, budayawan, usahawan, dan tokoh ekonomi dunia. Di Garuda Wisnu Kencana inilah, lanjut Presdien, segala aktivitas menyangkut budaya dan seni juga ilmu akan dibicarakan intensif. la menyebut, pecan kebudayaan dunia bisa dikembangkan menjadi bulan wisata. Dimana, pada waktu-waktu ini wisatawan menerima banyak pilihan berwisata melalui program-program promosi pariwisata.
Proyek ini sendiri, menurut penggagas sekaligus pembuat patung Wisnu di Garuda Wisnu Kencana, Nyoman Nuartha akan diproyeksikan sebagai campuran antara idealisme dan komersialisme. Para penanam modal tidak hanya memberi dana cuma-cuma. Namun, "Saling menguntungkan dengan adanya sharing pendapatan. Akan ada audit oleh lembaga benwenang," sebutnya. Jika proyek ini rampung, patung Wisnu yang mengendarai burung Garuda ini disebut sebagai lebih tinggi dari patung Liberty kebanggaan Amerika. Tinggi patungnya 146 meter dengan landasannya setinggi 25 meter. Di landasan inilah akan ada ruangan convention atau hall, ruang pameran, dan lain-lain.
2.6.Garuda Wisnu Kencana Menggeliat Lagi
Bentangan sayap "burung Garuda" itu benar-benar menakjubkan karena mencapai panjang 66 meter. Saking besarnya, ia bisa dilihat dari jarak 20 kilometer. Apalagi kemudian berdiri kokoh di atas sebuah bangunan dengan tinggi 70 meter. Sungguh, seandainya burung itu menjelma menjadi makhluk hidup, ia akan menjadi penguasa angkasa yang tiada banding. Garuda Wisnu Kencana (GWK) direncanakan menjadi patung tertinggi di dunia, mengalahkan Liberty di Amerika Serikat yang tingginya cuma 135 meter. Tinggi GWK 70 meter dan ditopang bangunan setinggi itu pula. Berdiri gagah di atas bukit Ungasan, Jimbaran, Bali, areal itu memang diproyeksikan menjadi sebuah kawasan wisata spektakuler. Pembangunan yang dimulai pada 2005 itu sempat terkatung-katung.
GWK mulai menggeliat lagi setelah pemerintah menegaskan harus selesai pada 2008. "Pemerintah telah meminta agar pembangunan GWK dilanjutkan dan diharapkan selesai pada 2008," kala Kepala Dinas Pariwisata Bali, 1 Cede Nurjaya, pekan lalu, Tinggi seluruh bangunan akan mencapai 140 meter. Burung yang ditunggangi Dewa Wisnu itu menghabiskan sekitar 4.000 ton tembaga dan perunggu. Patung itu nanti juga akan dilapisi emas di bagian-bagian tertentu. Hingga kini, biaya yang sudah dihabiskan mencapai Rp 30 miliar. Kemilau emas yang terkena sinar matahari nantinya dapat terlihat dari kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot. Lebih eksotis lagi, GWK akan menjadi pemandangan pertama saat pesawat turun di Bandara Ngurah Rai Denpasar. "Kita berharap GWK mampu menjadi ikon baru bagi Bali, dan juga bagi Indonesia, turur Nurjaya. Saat ini, patung yang dibuat oleh I Nyoman Nuarta, seniman asal Bali yang tinggal di Bandung, baru menyelesaikan bagian kepala burung dan badan Wisnu.
Melihat dua bagian itu saja, sulit membayangkan akan berapa besar patung itu nanti. I Gusti Rai Dharmaputra, salah satu pelaku wisata di Bali mengatakan, ide pembangunan GWK datang dari mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel), Joop Ave. Alasannya, Bali membutuhkan objek wisata bergaya baru. "Karena wisata budaya mau tidak mau memang akan menjenuhkan. Orang bila disuguhi sesuatu yang sama, lama-lama akan jenuh juga," ujar rai. Selain itu, kawasan Bukit Unggasan yang sebenarnya merupakan  wilayah gersang ini juga akan  menjadi kebudayaan internasional. Bangunan penyangga patung merupakan gedung berlantai akan digunakan sebagai plaza kebudayaan dari berbagai dunia.
Kesan yang tertangkap saat memasuki kawasan GWK ialah terasa spektakuler. Bukit kapur yang gersang dibelah hingga membentuk lanskap ala Romawi. Dinding batu dari bukit-bukit yang terbelah seolah mengepung pengunjung yang datang. Meski belum jadi, GWK sudah berhasil merebut hati banyak wisatawan. Hampir seluruh wisatawan, khususnya wisatawan asing, seolah wajib datang ke GWK Padahal baru selesai sekitar 40% saja, tambah Rai. Setelah sekian lama bersemayam di atas bukit itu memang mulai menggeliat kembali. Semoga saja 2008 nanti bentangan sayap dan tajamnya sorotan Garuda itu benar-benar menggemparkan dunia.
Garuda berasal dari bahasa Sansekerta (dalam bahasa Bali: Garuda) dikenal sebagai wahana (baca: tunggangan) dari Wisnu, satu dari tiga trimurti yang memainkan peran sebagai pemelihara. Garuda digambarkan sebagai raja burung yang berperawakan besar sehingga mampu menutupi sinar pancar matahari, bertubuh emas, berwajah putih, dan bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. la dikenal sebagai musuh bebuyutan ular, sebuah sifat yang diwarisi dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan sesama istri dan atasannya, Kadru, ibu para ular. Garuda dikisahkan pernah mencuri tirta amerta, air suci milik para dewa, untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman Kadru, kendati ia tahu resikonya mesti berhadapan dengan para dewa. Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara.
Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut. Semangat yang dikobarkan Garuda itu diadaptasi sedemikian rupa sebagai metafora dari roh pembebasan yang dikandung revolusi Indonesia Tak mengherankan jika semua pernak-pernik Garuda Pancasila, dari mulai bulu tubuhnya yang berjumlah 45 buah, bulu sayapnya yang berjumlah 17, dan bulu ekornya yang berjumlah 8, merupakan simbol dari angka keramat 45, 17 dan 8 yang merujuk pada warsa, bulan dan tanggal dimana proklamasi kemerdekaan dipancangkan kuat-kuat pertama kali oleh Soekarno-Hatta.
Simbol itu merupakan bentuk revisi dari rancangan pertama yang diajukan Sultan Hamid. Dalam rancangan awalnya, burung garuda itu berkepala botak (manusia), dan masih ada tangan dan bahu yang menyerupai manusia, seperti lambang negara Thailand. Hanya saja, atas usulan Masyutni, tangan dan bahu manusia itu dihilangkan karena terlalu kuat memancarkan mitologi Hindu. Garuda Pancasila, seperti yang kita lihat dalam revisi lambang Garuda Pancasila, tak hanya jadi lambang negara yang mencerminkan semangat dan proses kemerdekaan serta pembebasan nasional, tapi juga menyikapi dengan baik bagaimana raut muka dari tarik-menarik serta saling pengaruh berbagai kekuatan politik.
Posisi metaforik garuda dalam kehidupan Indonesia, coba kembali diangkat, salah satunya, dalam pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK.) di bagian selatan pulau Bali. GWK yang terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, di dalamnya akan berdiri galeri, exhibition center, Bali Living People Diorama, Amphiteater dan sebuah Patung Wisnu dan Garuda yang amat besar, yang kabarnya lebih tinggi dari Statue of Liberty di New York City, dibayangkan akan menjadi salah satu pusat kebudayaan dunia yang sekaligus menjadi penanda perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Dari "Garuda" yang awalnya merupakan wahana "Wisnu", saujana tentang Indonesia yang "Kencana" (cemerlang) sedang mulai dianyam.
Mungkin banyak yang bilang kalo saya susah banget menerima hal baru. Tapi apa boleh buat, selama hal baru tersebut itu saya rasa agak atau bahkan sangat mengganggu stabilitas yang selama ini kita tempuh, nuwun sewu, saya terpaksa bicara agak keras.
Ada yang pernah baca komik-komik wayang yang baru dicetak ulang lagi akhir-akhir ini? Terutama sekuelnya Mahabharata, Bharatayudha, dan Pandawa Seda yang dikarang oleh R.A. Kosasih? Ada yang sadar kalo nama-nama tokohnya memakai nama yang berusaha mengikuti aslinya di India, begitu juga nama negara, gelar (Resi, Dewi), dan segalanya? Maaf kalau sekali lagi saya katakan saya kurang setuju dengan tindakan seperti ini, karena sebenarnya kita sudah punya padanan bahasanya sendiri dalam bahasa Indonesia. Memang kalau cerita wayang itu sebenarnya berasal dari India dan dikarang oleh Maharsi Wyasa. Itu saya akui dan saya dukung kebenaran pernyataan itu. Tapi tahukah teman-teman kalau cerita wayang itu di tiap tempat punya kelainan cerita itu sendiri karena disesuaikan oleh budaya daerah setempat. Seperti di Sri Lanka Siapa pun tahu kalau Rahwana penguasa Alengka (Lanka) itu seorang raksasa yang jahat, kejam, rakus, dan tukang culik istri orang.
Tapi, menurut orang Sri Lanka, Rahwana itu patriot sejati, pembela kebenaran, sun teladan, penyelamat Dewi Shinta dari kekejaman Sri Rama. Rahwana kalah hanya karena kelicikan Sri Rama yang dibantu oleh Wibisana, si pengkhianat negara Di Bali (Bali itu mayoritas beragama Hindu yang notabene berasal dari India) dikenal punakawan seperti Sangut dan Delem (di pihak kejahatan), serta Merdah dan Tualen (di pihak kebaikan). Nah, padahal menurut versi India tidak pernah didengar nama-nama punakawan seperti itu. Maksimal seperti yang saya baca di :Ghatotkaca Sraya" karya seorang Mpu (entah Sedan, Panuluh, Tantular, atau Prapanca) dikenal nama-nama punakawannya adalah Punta, Prasanta, dan Juru Den. Di Jawa (termasuk Sunda karena Jawa Baratpun berada di pulau Jawa), kita mengenal bahwa penguasa tertinggi adalah Tuhan, bukan Dewa. Ini dibuktikan di buku komik Wayang Punya karangan RA Kosasih kalau Sanghyang Nurrasa, Nurcahya, Tunggal, Wenang itu adalah keturunan Nabi Adam. Jelas kalau ini adalah pengaruh budaya Islam yang dibawa oleh Wali Sanga.
Bahkan antara Jawa dan Sunda-pun dikenal perbedaan nama punakawan. Sunda mengenal Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng. Sedangkan Jawa mengenal, Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Di Jawa-pun, masih terbagi atas 2 gagrag, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta Putra Bima (Werkudara) menurut Surakarta adalah 2, yaitu Gatotkaca dan Antareja/Antasena Sedangkan menurat Ngayogyakarta adalah 3, yaitu Gatotkaca, Antareja, dan Antasena (dikenal di Sunda sebagai Raden Jakatawang). Itu baru perbedaan di negara kita Entah di negara Asia Tenggara lainnya Permasalahannya sekarang begini: komik yang beredar akhir-akhir ini berusaha sekali memakai nama-nama India seperti Shikandi (Srikandi, kalau gaya kita), Pandhava (Pandawa), Vishnu (Wisnu), Devi dan Deva (Dewi dan Dewa), Krishna (Kresna), Rsi (Resi).
Padahal kita sudah punya padan katanya dalam bahasa Indonesia. Lalu mengapa para penerbit itu nekat mencantumkan nama India? Padahal kalau saya lihat di komik R. A Kosasih yang lama, dia juga menggunakan nama Indonesia Apa penerbit-penerbit itu sudah minta ijin ke RA Kosasih? Saya rasa lebih baik kita gunakan saja apa yang sudah kita kenal selama ini. Karena toh cerita wayang yang kita kenal selama ini adalah hasil modifikasi para Wali Sanga, Tidak perlu sok mengikuti aslinya, karena secara pakem-pun, R.A Kosasih tidak mengikuti cerita aslinya, Masalah nama itu hanya akan bikin bingung kita sendiri, soalnya nama-nama seperti yang tertera selama ini lumayan tidak familiar dengan lidah kita.
Sebagai contoh, masyarakat Hindu di Bali sendiri menyebut Vishnu dengan nama Wisnu (sesuai dengan lafal teman-teman saya sehari-hari), itu dibuktikan dengan didirikannya dengan monumen Garuda Wisnu Kencana, bukannya Garuda Vishnu Kencana. Mereka pun jarang mengenal Yudhistira. Mereka tahunya kalau Panca Pandawa itu terdiri dan Dharmawangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa (Sadewa, kalau orang Jawa bilang). Pandawa adalah Pandawa (bukan Pandhava), Drestajumna adalah Drestajumna (bukan Dhrstadyumna). Batara Kresna adalah Batara Kresna (bukan Krishna). Itu argumen saya sebagai orang Jawa khususnya, Indonesia umumnya.
Jadi, lebih baik nama-nama India itu kita kembalikan ke bahasa kita sehari-hari, karena perkembangan cerita wayang di tiap daerah itu berbeda-beda, Kita di Indonesia anutlah yang sesuai dengan jati diri kita. Satu lagi, apakah di India kita mengenal lakon-lakon seperti Kartawiyoga Maling, Gatotkaca Rante, Membangun Taman Macrakaca, Pelruk Dadi Ratu, Sardula Buda Kresna (Setyaki Krama), Puter Puja Pahdawa, dan lain-lain. Semua itu adalah perkembangan dari cerita wayang yang berasal dan India itu sendiri di tanah Jawa Suatu hari nanti wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali akan membicarakan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) saat mereka kembali pulang ke Negaranya. Kelak, Patung GWK mungkin akan menggantikan ketenaran Kuta yang memang sudah terkenal ke seluruh Dunia. GWK mungkin akan jadi ikon Bali masa depan seiring menurunnya popularitas Kuta sebagai tujuan wisatawan. Itu bilamana GWK telah selesai dibangun.
Pertanyaannya, kapan GWK akan selesai dibangun? Semenjak saya duduk dibangku Sekolah Dasar hingga proyek prestisius ini mulai berjalan pada tahun 1997, beberapa saat sebelum keuangan bangsa Indonesia dilanda krisis moneter. Pembangunannya terkendala bahan baku, pendanaan, dan konflik internal pengelolanya. Namun apapun yang terjadi pada saatnya nanti setiap pengunjung akan dibuat kagum oleh kemegahan proyek kebudayaan ini. Patung Dewa Wisnu sedang menunggang garuda setinggi 75 meter itu akan diletakkan di atas pondasi setinggi 70 meter. Dengan demikian, tingginya akan mencapai 145 meter. Ditambah penangkal petir dan peralatan teknis lainnya selinggi 4 meter, total tinggi keseluruhan GWK. bisa mencapai 149 meter.
Dan, semuanya itu dibangun di atas perbukitan yang berketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Tak heran kalau GWK akan menjadi pemandangan pertama para wisatawan saat mereka menginjakkan kakinya di Bandara Ngurah Rai. Sebaliknya, dari atas monumen, kita bisa menikmati pemandangan matahari terbenam di sekitar Jimbaran yang berpasir putih. Kecuali monumen, di atas areal kompleks ini juga nantinya akan didirikan exhibition centre, beberapa restoran, lotus pond, Bali living people diorama, Giri Kencana Villa, Gapura 1000 theater, amphitheater, juga ada trade and promotion center. Bali memang kekurangan monumen besar atau bisa dibilang tidak memiliki hasil karya besar yang mengagumkan. Komponen terbesar industri pariwisata Bali bersumber pada kesenian, keindahan alam, dan hasil kebudayaan.
Semua menjadi indah dan eksotis karena ditunjang alam dan kebudayaan yang mendukung. Sebut saja Tanah Lot, Pura Uluwatu, begitu juga Kintamani, dan Bedugul. Semuanya mutlak mengandalkan keindahan alam. Pura Besakih, yang disebut sebagai ibu semua pura di Bali, secara fisik bahkan tidak bisa dibandingkan dengan kemegahan Candi Prambanan dan mahakarya Candi Borobudur. Hadirnya monumen GWK jelas akan menambah kekurangan yang dimiliki Bali. Walau belum tuntas seluruhnya, amphitheather GWK beberapa kali pernah dijadikan sebagai tempat pementasan berskala internasional. Sebut saja pementasan "Bali for the World" tahun 2003, yang dijadikan tonggak kebangkitan pariwisata Bali pasca bom Bali I yang menewaskan 202 orang dengan mayoritas wisatawan asing. Belum lagi pentas-pentas skala nasional dan eksklusif. Bahkan saya sebagai masyarakat lokal turut berpartisipasi menjadi tenaga keamanan (Pecalang) dalam setiap kegiatan yang diadakan diarea GWK.

B.     Mengenal Obyek Wisata Alam Sangeh
Obyek wisata alam sangeh terletak di desa adat sangeh, kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung, Propinsi Bali.
Menurut sejarah keberadaannya Pura Bukit Sari sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Mengwi. Pura Bukit Sari dibangun oleh Anak Agung Anugrah Made Karang Asem Sakti, anak angkat Raja Mengwi Cokorda Sakti Blambangan.  Konon Anak Agung Anugrah Made Karang Asem Sakti melakukan tapa “Rare” yaitu bertapa sebagaimana bayi atau anak-anak. Beliau mendapatkan pawisik (Ilham) dan membuat Pelinggih (Pura) di hutan Pala Sangeh, maka sejak hutan itulah Pura Bukit Sari berdiri pas di tengah-tengah Hutan Pala.
Berdasarkan Mitologi yang diyakini oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya nama Sangeh erat hubungannya dengan keberadaan “Hutan Pala” yang mana Sangeh berasal dari dua kata “Sang” berarti  “Orang’ dan “Ngeh” yang berarti melihat. Sangeh artinya orang yang melihat. Konon kayu-kayu (Pala) dalam perjalanan dari Gunung Agung (Bali Timur) menuju salah satu tempat Bali Barat, karena dalam perjalanannya ada yang melihat, akhirnya pohon-pohon tersebut berhenti dai satu tempat yang sampai sekarang disebut “Sangeh”.
Obyek taman wisata Sangeh mulai dirintis pada tanggal 1 Januari 1969 dan mulai mengalami kemapanan pada tahun 1971 dengan sumber pembiayaan pembangunan dan sumbangan sukarela / Dana Punia yang dikenakan kepada setiap pengunjung yang masuk ke Obyek Wisata Sangeh. Mulai tanggal 1 Januari 1996 dikenakan retribusi berdasarkan Perda TK II Bandung No. 20 tahun 1995. Dalam Teknis Pengelolaan Obyek Wisata Sangeh sepenuhnya merupakan hak daripada pengelola dalam hal ini Desa Adat Sangeh.
Obyek Wisata Sangeh tidak hanya terkenal karena keberadaan keranya yang jinak, namun karena adanya 10 Ha. Homogen Hutan Pala (Dipterocarpus trinervis) yang umurnya telah ratusan tahun bijinya tidak bisa dimakan dan juga adanya pura bukit sari yang merupakan pura peninggalan Abad ke 17 pada waktu kejayaan kerajaan Mengwi dan juga ada pura melanting, pura tirta, pura anyar dan pohon lanang wadon.
Disebut pohon lanang wadon karena pohon itu mempunyai dua jenis kelamin yang mirip dengan jenis kelamin laki-laki dan kelamin perempuan. Sehingga pohon tersebut disebut pohon lanang wadon.
Hutan Pala Sangeh dihuni oleh Kera Abu ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang jumlahnya kurang lebih 600 ekor, dan keberadaan mereka pun tidak terlepas dari keyakinan masyarakat yang menganggap mereka adalah jelmaan Prajunt Putri. Oleh karena itu masyarakat sekitar tidak akan berani mengganggu keberadaan mereka, karena mereka dianggap kera Suci yang disakralkan yang membawa berkah bagi masyarakat Sangeh dan sekitarnya.
Kehidupan mereka pun layaknya kehidupan masyarakat di Bali yang mana mereka mempunyai kelompok (Banjar) yang terbagi dalam (3) kelompok (Banjar), yaitu : Timur, Tengah dan Barat, dan masing-masing kelompok mempunyai pemimpin masing-masing.
Yang unik dari kehidupan mereka, adanya persaingan diantara Pejantan-pejantan, yang mana awan selalu bersaing : dikelompoknya memperebutkan daerah kekuasaan, kelompok siapa yang paling kuat akan menguasai kelompok tengah, yang paling banyak sumber makanannya.
Karena obyek wisata Sangeh sangat disakralkan oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya, maka ada beberapa hal yang harus ditaati di dalam hutan Sangeh. Oleh karena itu sebelum memasuki obyek wisata alam Sangeh pengunjung harus berhati-hati, karena apabila melanggar peraturan atau larangan tersebut, maka akan menanggung resikonya sendiri.
Adapun larangan bagi pengunjung yang akan memasuki obyek wisata Alam Sangeh antara lain sebagai berikut :
1.      Bagi pengunjung khususnya perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan memasuki obyek tersebut
2.      Bagi   pengunjung   yang   ada   kuncutakan   (keluarganya   ada   yang meninggal) disarankan tidak memasuki obyek tersebut.
3.      Bagi pengunjung tidak boleh membawa barang-barang yang merangsang kelompok kera.
Oleh karena itu, setiap pengunjung akan selalu ditemani berkeliling oleh pemandu lokal, guna menjaga keamanan dan kenyamanan. Sebelum melewati pintu keluar di Sangeh juga terdapat Art Shoop yang menjual pakaian anak-anak, pakaian dewasa, lukisan, acsesories, dan hiasan-hiasan lainnya.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sejarah tentang obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan obyek wisata alam sangeh yang terletak di Pulau Bali pada tahun ajaran 2012 / 2013 yang tertuang didalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Yang membangun dan mengembangkan obyek wisata Garuda Wisnu Kencana di Pulau Bali ini adalah seorang sarjana lulusan institut teknologi Bandung yang bernama I Nyoman Nuarta.
2.      Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini, mulai dikembangkan dan dibangun pada tahun 1997. Namun sampai saat ini penyelesaiannya baru 15%. Hal ini dikarenakan subsidi dari Pempus yang kurang dan lambat.
3.      Unsur-unsur agama yang terkandung di tempat wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan yang melaksanakan ibadah disana yaitu wisnu simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemeliharaan alam semesta yang mendominasi kawasan Garuda Wisnu Kencana.
4.      Bahwa Obyek Wisata Alam Sangeh terletak didesa adat sangeh kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Propinsi Bali.
5.      Obyek Wisata Alam Sangeh dirintis pada 1 Januari 1969 dan mulai mengalami kemapanan pada tahun 1971 dengan sumber pembiayaan pembangunan dari sumbangan sukarela/dana panitia yang dikenakan pada setiap pengunjung yang masuk ke Obyek Wisata Alam Sangeh
6.      Di dalam Obyek Wisata Alam Sangeh juga terdapat pura bukit sari yang dibangun oleh anak Agung Made Karang Asem Sakti, anak angkat raja Mengwi Cokorda Sakti Blambangan.

B.     Saran
Untuk mencapai keberhasilan yang baik dalam pelaksanaan penulisan Karya Tulis dan pelestarian sejarah suatu obyek wisata maka perlu adanya:
  1. Kerjasama yang baik antara pengelola Obyek Wisata dan pemerintah dalam melaksanakan pengembangan dan pembangunannya, sehingga proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) cepat terselesaikan.
  2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya, bekerja secara maksimal dan profesional dalam menyalurkan dan memberikan subsidi dalam pembangunan obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) tersebut.
  3. Sebaiknya masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dengan pelestarian budaya yang dimiliki oleh setiap daerah.
  4. Sebaiknya kita mengetahui dan menjaga setiap obyek wisata yang ada di Indonesia.
 
DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, Ika. 2009. Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana. Banyumas : MAN Sumpiuh.

Priatiningsih, Yayu. 2007. Obyek Wisata Alam Sangeh. Banyumas : MAN Sumpiuh.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama                           :  FRIDI ENDAH ASTUTI
NIS                              :  3588
Kelas                           :  XII IPS 1
Tempat, Tgl. Lahir        :  Banyumas, 13 Maret 1998
Alamat                         :  Alasmalang RT 02 RW 03
                                       Kecamatan Kemranjen – Kabupaten Banyumas
Pendidikan                   :  1. SD N 1 Alasmalang
   2. MTs Ma’arif NU 4 Kemranjen
   3. MA Negeri Sumpiuh
Hobby                          :   Membaca SMS

Demikian data riwayat hidup penyusun dibuat dengan sebenar-benarnya.

Sumpiuh,     September 2015

Penyusun




FRIDI ENDAH ASTUTI


 

0 comments:

Post a Comment