MENGENAL OBYEK WISATA TANAH LOT
DAN GARUDA WISNU KENCANA
KARYA TULIS
Diajukan Dalam Rangka Melengkapi
Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Madrasah
Aliyah Negeri Sumpiuh
Tahun Pelajaran 2015 / 2016
Disusun Oleh :
FRIDI ENDAH ASTUTI
Kelas : XII IPS 1
No. Induk : 3588
MADRASAH ALIYAH NEGERI SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS
2015
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN)
SUMPIUH
Jl. Kebokura Sumpiuh, Telp. (0282) 497611 Kab. Banyumas 53195
![](file:///C:\Users\XPLORE\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.png)
PENGESAHAN
Karya Tulis Berjudul : MENGENAL OBYEK WISATA TANAH LOT
DAN GARUDA WISNU
KENCANA
Disusun Oleh :
Nama siswa : FRIDI ENDAH ASTUTI
Kelas : XII IPS I
No. Induk : 3588
Setelah
membaca naskah karya tulis ini secara keseluruhan dan perbaikan seperlunya
dengan ini kami menyatakan bahwa karya tulis ini memenuhi syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Madrasah.
Sumpiuh, September
2015
Mengetahui
Kepala
MAN Sumpiuh Pembimbing,
Drs.
H. Affandie, M.Ag Ahmad
Suyuti Latif, S.Pd
NIP.
196006201987031002 NIP.
197212111998031003
MOTTO
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi” Mereka berkata “Apakah
Engkau hendak menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana,
sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh Aku mengetahui, apa yang kamu tidak ketahui”. (QS. Al-Baqarah:30)
PERSEMBAHAN
Dalam pembuatan karya
tulis yang berjudul Pesona Keindahan Garuda Wisnu Kencana dan Tari Barong ini,
penulis ingin mempersembahkan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang telah
memberikan dukungan moril dan materiil, serta doa restu sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2. Bapak dan Ibu Guru yang
terhormat, yang telah mengajarkan materi sekolah.
3. Teman-teman seperjuangan yang
selalu bekerja sama.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan
lancar. Sholawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad
SAW sebagai pencerah kehidupan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Amin.
Karya tulis ini
dibuat berdasarkan pengamatan pada waktu study tour yang diadakan oleh Madrasah
Aliyah Negeri Sumpiuh sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Madrasah, sehingga
bagi siswa-siswi kelas XI wajib mengikuti study tour dan membuat karya tulis.
Dan pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Affandie, M.Ag., selaku Kepala
Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
2. Ahmad
Suyuti Latif, S.Pd, selaku
guru pembimbing karya tulis yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.
3. Bapak/lbu guru serta Staf
Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
4. Keluarga tercinta (Ayah dan
Bunda) yang telah mendukung secara moril maupun materiil kepada penulis.
5. Semua pihak yang terkait dan ikut
membantu penyusunan karya tulis ini
Panulis menyadari
bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
materi, gaya bahasa, dan dari aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis meminta
maaf yang setulus-tulusnya serta mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Sumpiuh, 1 September 2015
Penulis
FRIDI ENDAH ASTUTI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah......................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
D. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
E. Manfaat Penulisan.............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
A. Patung Garuda Wisnu Kencana.......................................................... 5
2.1.Lokasi Patung Garuda Wisnu
Kencana........................................ 5
2.2.Bukit Kapur Unggas Menjadi Taman
Budaya............................... 7
2.3.Proyek Garuda Wisnu Kencana................................................. 11
2.4.Pengembangan di Bukit Kapur yang
Gersang............................. 13
2.5.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra
Natural................................... 15
2.6.Garuda Wisnu Kencana Menggeliat
Lagi.................................... 18
B. Mengenal Obyek Wisata Sangeh..................................................... 28
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 31
B. Saran-saran..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah
Aliyah Negeri Sumpiuh mengadakan Study tour ke Pulau Bali untuk bahan pembuatan
karya tulis yang dijadikan syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah. Sebagai
langkah penulisan karya tulis kami hanya mendapat keterangan dan penjelasan
yang sangat sesuai dengan yang diberikan.
Dalam
karya tulis ini, penulis memilih obyek wisata yang berjudul “Garuda Wisnu
Kencana (GWK) dan Wisata Alam Sangeh” Obyek tersebut banyak hal-hal yang patut
kita ketahui sebagai warga negara Indonesia yang cinta terhadap sejarah dan
budaya Indonesia. Penulis memilih obyek wisata tersebut karena dari lokasi
tersebut penulis dapat mengetahui berbagai ragam kebudayaan yang ada di Bali.
Patung
Garuda Wisnu Kencana, patung tersebut berwujud dewa wisnu yang dalam agama
Hindu adalah dewa pelindung, mengendarai burung garuda. Diambil dari cerita
“Garuda dan kerjaannya” dimana rasa bhakti dan pengorbanan burung untuk
menyelamatkan ibunya dan perbudakan akhirnya dilindungi oleh dewa wisnu. Patung
ini dibangun dengan ketinggian 1401 meter. Patung Garuda Wisnu Kencana ini
merupakan simbol dan misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Garuda Wisnu
Kencana atau sering kita sebut dengan nama GWK merupakan sebuah patung garuda
yang ada di Jimbaran, Bali. Tepatnya patung ini berlokasi di Bukit Unggasan –
Jimbaran Bali. Karya masterpiece bali I Nyoman Nuarta.
Sedangkan
obyek Wisata Alam Sangeh merupakan sejarah yang dikeramatkan oleh masyarakat
Bali dan simbol dari keindahan alam yang tidak tertandingi.
Saya
khususunya semua siswa MAN Sumpiuh baru saja melaksanakan kegiatan study tour
guna menikmati keindahan Pulau Bali dan juga sebagai sarana untuk menyusun
karya tulis yang saya beri judul “Keindahan
Obyek Wisata Alam Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK)” sebagai wujud
laporan kunjungan wisata ke Bali selain itu juga sebagai syarat mengikuti Ujian
Akhir Nasional (UAM/UAN) Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun ajaran 2012 / 2013.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka pembatasan masalahnya dapat dikemukakan sebagai
berikut :
- Penulis memilih Garuda Wisnu Kencana dan Wisata Alam Sangeh.
- Tempat Wisata ini memberikan nuansa kemegahan sebuah patung garuda yang dikombinasi dengan sebuah tempat peribadatan orang Hindu.
- Agar para pembaca mengetahui lebih dekat dan lebih detail tentang patung Garuda Wisnu Kencana.
C. Rumusan Masalah
Dengan menganalisis
masalah-masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yang dikemukakan
sebagai berikut :
1. Siapa yang membangun dan mengembangkan Garuda
Wisnu Kencana di Pulau Bali ?
2. Kapan GWK mulai dikembangkan dan dibangun ?
3. Apakah unsur-unsur agama yang terkandung di tempat
wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan apa ?
4. Dimanakah letak obyek wisata Alam Sangeh ?
5. Kapan obyek wisata Alam Sangeh mulai dirintis ?
6. Siapakah yang membangun Pura Bukit Sari ?
D. Tujuan Penulisan
Penulis mempunyai
tujuan dalam penulisan karya tulis, seperti yang dituliskan di bawah ini :
- Yang membangun dan mengembangkan Garuda Wisnu Kencana di Pulau Bali adalah I Nyoman Nuarta.
- GWK mulai dikembangkan dan dibangun sejak tahun 1977.
- Unsur-unsur agama yang terkandung di tempat wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan yang melaksanakan ibadah disana yaitu Wisnu symbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang didominasi kawasan Garuda Wisnu Kencana.
- Terletak di Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abi Ansemal, Kabupaten Bandung, Propinsi Bali.
- Pada tanggal 1 Januari 1969
- Yang membangun Pura Bukit Sari adalah anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, anak angkat Raja Mengawi Cokorda Sakti Blambangan.
- Jumlahnya kurang lebih 600 ekor.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang
dapat penulis sampaikan dalam study tour ke Bali dan penyusunan karya tulis ini
adalah :
- Dapat dijadikan sebagai pengalaman hidup
- Melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam memecahkan masalah
- Sebagai masukan dan pembanding bagi penulisan karya tulis lebih lanjut ataupun penelitian yang lain
- Sebagai sumbangan karya tulis bagi pengembangan ilmu pengetahuan baik almamater pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
- Memberikan informasi kepada pembaca agar pembaca mengenal obyek wisata tersebut.
- Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. PATUNG GARUDA WISNU KENCANA
2.1.Lokasi Wisata Garuda Wisnu
Kencana
Patung
Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan -Jimbaran, Bali. Patung ini
merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini
dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan
Indonesia. Garuda Wisnu Kencana (GWK), merupakan patung Dewa Wisnu yang berdiri
tegak di Bukit Unggasan Jimbaran Bali (selatan bandara). Patung buatan seorang
lulusan ITB bernama I Nyoman Nuarta ini konon akan ditata diatas patung Garuda
setinggi 75 meter dengan keseluruhan tinggi patung mencapai 145 meter dan
mengalahkan tinggi Liberti (yang hanya setinggi 151 kaki atau sekitar 46
meter). Letak patung yang berada dibukit kapur dengan ketinggian 300 dpi ini
kemudian akan menyambut siapapun yang hendak mendarat di pulau Bali.
Sejak
dibangun tahun 1997, sampai dengan saat ini kondisi patung baru selesai 15%
yang terdiri dari patung Dewa Wisnu dan Kepala Garuda. seperti yang dituliskan
harian pikiran rakyat tahun lalu, Presiden SBY mengharapkan proyek ini kelar 20
Mei 2008 mendatang. Pembangunan yang tengah terhenti ini menemui beberapa
kendala antara lain masalah pendanaan yang konon masih memerlukan setidaknya Rp.600
miliar. Apalagi sejak terjadinya bom bali Tahun 2002 lalu yang membawa dampak
terhadap sejumlah investor batal melakukan pendanaan. Di areal komplek, mereka
juga sudah mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai,
diorama, Giri Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion
Center (TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur
yang tinggi, dan dipahat pula.
Menurut
keterangan yang diperoleh di lokasi, patung yang berasal dari kuningan dan
tembaga ini dibuat di Bandung kemudian dikirimkan ke Bali dengan kondisi
terpecah-pecah dalam beberapa bagian yang siap rangkai. Dewa Wisnu sendiri
dalam keyakinan umat Hindu merupakan dewa pelindung atau pemelihara alam
semesta. Sedangkan Garuda adalah kendaraan Dewa Wisnu, yang melambangkan
kebebasan dan pengabdian. sehingga secara keseluruhan, GWK diharapkan menjadi
simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung tersebut berwujud Dewa
Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai
burung Garuda Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang
berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan
ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung
ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan
20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot.
Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan
lingkungan dan dunia Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat
4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.
2.2.Bukit Kapur Unggasan Menjadi
Taman Budaya
Menyebut
nama Pulau Dewata Bali seakan tidak terpisahkan dari pariwisata, Anggapan itu
benar adanya, karena pesona yang disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal
hingga ujung dunia. Sumber kekuatannya adalah keindahan alam, termasuk
kemolekan garis pantainya Nyaris tiap jengkal kawasannya memantulkan keteduhan.
Alam yang hijau segar cukup mendominasi.
Pemandangan
itu secara tidak langsung menggambarkan perbedaan mencolok dengan daerah lain
yang sudah menjadi gundul dan tandus akibat ulah penduduknya. Perbedaan lainnya
bisa dicatat dari perkampungannya, entah di kota atau di pedesaan. Perkampungan
di Bali jauh dari kesan gersang. Rumah-rumah umumnya tumbuh di antara atau di
bawah naungan pohon. Tidak sedikit pohon di kawasan ini tumbuh secara alamiah,
namun terpelihara hingga berusia tua. Sumber kekuatan lainnya adalah
masyarakatnya yang umumnya ramah, tulus, dan hangat. Berada di antara orang
Bali seakan lepas dari rasa cemas atau khawatir akan ditipu atau ulah
menyakitkan lainnya
Juga
dukungan agama dan budayanya yang sungguh menekankan keselarasan hubungan
manusia dengan lingkungan alam dan satwanya Semua itu adalah pendukung utama
yang mengibarkan Bali menjadi daerah tujuan wisata bernilai tinggi. Namun,
kemolekan Bali ternyata masih menyisakan Ungasan. Kawasan perbukitan itu
praktis tidak masuk dalam kamus obyek wisata Bali yang sangat mengandalkan industri
pariwisata. Tentu saja karena tidak ada obyek menarik yang pantas dijual dari
kawasan sekitar 32 Km selatan Kota Denpasar itu. Yang terbentang hanyalah
pemandangan tandus. Maklum saja, Unggasan dan sekitarnya memang merupakan
perbukitan kapur yang memancarkan pemandangan tandus dan gersang.
Berbeda
dengan wilayah Bali lainnya, perbukitan Unggasan tergolong kawasan miskin
humus. Tak ada bagian lahan yang dapat diolah menjadi sawah. Masyarakat
setempat memanfaatkan lahan sekitarnya hanya untuk ditanami jagung,
kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Keberadaan lahan garang itu selanjutnya
berpengaruh langsung terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Sosok kemiskinan
memang terpancar kuat dari perkampungan Ungasan. Seperti apa gambarannya, sebut
saja misalnya rumah yang lazim disebut kubu sebagai tempat tinggal warganya,
rata-rata hanya dari bahan gedek (anyaman bambu). Sesuai kondisi lahan, hasil
kebun pun sangat terbatas, hanya berupa kacang-kacangan, singkong, dan ubi
jalar (tatas). Lalu bermodalkan hasil kebun itu, warga pergi ke pasar di
Denpasar atau Kuta dengan harapan barang bawaan mereka dapat dibarter dengan
beras, garam, atau barang kebutuhan lainnya.
Sebuah
kesaksian panjang dengan babakan kisah kontras. Belenggu kemiskinan terus
mengurung kehidupan warga Ungasan. Namun, dari perbukitan Ungasan, mereka juga
menyaksikan gelimang pariwisata yang tak henti-hentinya mengalirkan rezeki dan
kemegahan bagi warga tetangganya di Kuta dan Denpasar. Namun, jangan cepat
terkecoh dulu Unggasan yang memancarkan kemiskinan itu adalah kisah masa lalu,
setidaknya hingga awal tahun 1990-an.
Unggasan
kini sudah berubah jauh, bahkan lelah menjadi salah satu obyek wisata yang
mampu membuat para pengunjung berdecak kagum. "Kalau dulu atau hingga
sebelum peristiwa peledakan bom Bali, wisatawan asing yang berkunjung ke
kawasan ini rata-rata 500 orang per hari atau kurang lebih 15.000 per bulan.
Belakangan, wisatawan asing yang berkunjung merosot jauh. Tiap bulannya mungkin
hanya 2.000-an, "ujar I Ngurah Rai Riauadi dari Yayasan Garuda Wisnu
Kencana (GWK) di Ungasan, pertengahan Juli lalu. Adalah Nyoman Nuarta yang
sekitar tahun 1992 berangan-angan tinggi. Melalui permenungan dan khayalan
mendalam, seniman yang ketika itu menetap di Bandung, Jawa Barat, ini
membayangkan pada saatnya kawasan tandus Unggasan di bagian selatan Kabupaten
Badung, Bali, berubah menjadi taman budaya.
Masih
dalam angan-angannya, taman itu meminjam kata-kata Mochtar Pabottingi (dari
kata pengantar Mochtar Pabottingi dalam buku Berpikir Ulang tentang Ke-Indonesiaan,
Jakob Oetama, 2001) tidak hanya menjadi simbol hasil saringan dan internalisasi
sisi-sisi baik budaya Bali, tetapi juga menjadi obyek wisata andalan Indonesia,
jendela budaya dunia, dan karena itu sekaligus menjadi pusat pertumbuhan.
Nyoman Nuarta yang adalah alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1979
itu tidak hanya berangan-anggan atau berhenti pada tataran ide. la turun ke
tataran praktis. Lanjutan langkah pergumutannya kemudian menjelma menjadi
sebuah program yang dikenal bernama Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK). Bernaung
di bawah Yayasan GWK pimpinan Nyoman Nuarta, proyek itu intinya berupa
pembangunan sebuah patung berukuran raksasa untuk ditakhtakan di puncak bukit
kapur yang tandus, Ungasan.
Patungnya
sendiri juga bernama Garuda Wisnu Kencana, Wisnu yang dimaksud di sini adalah
Dewa Wisnu. Menurut keyakinan agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa pelindung
atau sumber kekuatan utama pemelihara alam semesta, Wujud yang menyertainya
adalah garuda, seekor burung raksasa yang jadi kendaraan Dewa Wisnu, sebagai
perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih. Atau merujuk cerita Adi
Parwa dalam Mahabharata, Dewa Wisnu melindungi bakti dan pengorbanan burung
garuda yang dengan gigih berjuang menyelamatkan ibundanya dari perbudakan. Lalu,
patung GWK sendiri, selain akan jadi maskot sebuah taman budaya, juga merupakan
simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia (lihat: Pesona Wisata Kabupaten
Badung). Setelah melalui pergumulan panjang selama sekitar lima tahun, proyek
GWK. baru mulai terealisasi dengan dukungan dana tidak sedikit dari pemerintah
dan berbagai pihak lainnya, tahun 1997.
Sesuai
dengan konsepnya, pekerjaan awalnya yang langsung ditangani Nyoman Nuarta
sendiri adalah mencipta patung wajah Wisnu setinggi 12 meter bersama burung
garudanya, yang menelan biaya Rp 30 miliar. Pembuatan patung dilakukan di
Bandung. Patung GWK sendiri nantinya akan diletakkan pada ketinggian 146 meter
di atas permukaan tanah atau kurang lebih 263 meter dari permukaan laut. Dengan
demikian, keberadaannya bisa disaksikan dari radius cukup jauh, sekitar 20 km.
Sesuai dengan rencana induknya, penataan bukit Unggasan bersama patung GWK akan
dilengkapi taman patung, museum, galeri, pusat studio visual, hotel butik,
resor, lapangan golf, taman festival, berbagai usaha bisnis, relief, dan
bangunan pendukung lainnya.
2.3.Proyek Pembangunan GWK
Perubahan
dan pengembangan perlu dilakukan di wilayah GWK, Disini yang berobsesi mengubah
kawasan tandus Unggasan menjadi taman budaya sekaligus obyek wisata kaliber
dunia, realisasi fisiknya di lapangan sebenarnya sudah mulai digarap sejak
tahun 1997. Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah atau sedang digarap,
sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman yang sedang tekun
mengukir. Bedanya, yang diukir bukan penggalan batu, potongan kayu, atau benda
lepas lainnya. Di sini yang diukir adalah permukaan bukit kapur dengan cakupan
areal seluruhnya 250 hektar. Kisah tentang pengukiran bukit ini pun bertambah
menarik karena sebagian permukaan kawasan sebelumnya sudah bopeng alias
berlubang-lubang. "Luka bopeng" kulit bumi Unggasan terjadi akibat
penggatian material kapur sebagai bahan bangunan di Denpasar, Kuta, atau tempat
lainnya di Bali. Sebelum mulai mengukir sekitar enam tahun lalu, Nyoman Nuarta
bersama kelompoknya dilaporkan lebih dahulu membenahi lubang-lubang liar di
kawasan itu. Proyek yang menelan biaya triliunan rupiah itu hingga kini belum
selesai.
Penggarapannya
untuk sementara terhenti, terutama setelah peristiwa peledakan bom di Bali, 12
Oktober 2002. Seperti diakui Manager Humas GWK di Unggasan 1 Ngurah Rai
Riauadi, sejumlah calon investor membatalkan rencana mendanai proyek GWK,
langsung setelah tragedi tersebut "Padahal, yang paling ditunggu adalah
pembangunan pedestal atau tapak patung. Hingga sekarang, pembangunannya belum
dimulai karena dibutuhkan biaya tidak sedikit, lebih kurang Rp 1 triliun,"
jelas Rai Riauadi. Sementara itu, patung kepala Wisnu dan patung burung garuda
(belum dilengkapi sayap) yang dikerjakan di Bandung oleh Nyoman Nuarta sudah rampung.
Kedua patung dalam keadaan terpisah sudah tiba di bukit Unggasan sejak setahun
lalu. Untuk sementara, patung kepala Wisnu diletakkan di puncak bukit paling
tinggi hingga terlihat dan radius sekitar lima kilometer.
Adapun
patung garuda berada di lokasi yang sama, tetapi letaknya lebih rendah hingga
agak tersembunyi. Kedua patung itu nantinya disatukan, namun baru dilakukan
setelah pembangunan pedestalnya rampung. "Pancangan patung Wisnu dan
patung garuda sekarang ini hanya menunjukkan keseriusan perjuangan GWK mengubah
bukit Unggasan menjadi taman budaya," tutur Rai Riauadi. Meskipun bukit Unggasan
belum sepenuhnya berubah menjadi taman budaya sesuai dengan konsepnya, harus
diakui kawasan itu sudah memancarkan daya tarik tersendiri hingga memancing
wisatawan berkunjung ke sana. Seiring dengan pembangunan kampus baru
Universitas Udayana, serta sejumlah hotel di sekitarnya, harga tanah di kawasan
itu pun langsung melonjak. "Hingga akhir tahun 1980-an, tanah di Unggasan dan
sekitarnya hanya dihargai sekitar Rp 400.000 per area (100 meter persegi).
Sekarang tanah di lokasi yang sama paling murah Rp 20 juta per area,"
tutur seorang warga di Ungasan. Di perkampungan riyapun tidak kelihatan lagi
rumah yang disebut kubu atau yang dibangun dari gedek. Perumahan warga
rata-rata sudah permanen, bahkan tidak sedikit memiliki mobil pribadi. Dengan
kata lain, kini sia-sia mencari warga Unggasan yang mengunjungi pasar di
Denpasar atau Kuta untuk sekadar menukarkan hasil kebunnya, seperti singkong,
umbi tatas, atau kacang-kacangan dengan garam, beras, atau barang kebutuhan
lainnya.
2.4.Pengembngan di Bukit Kapur yang
Gersang
Bukit
kapur Unggasan sudah berubah meski warganya masih tetap menunggu kapan kawasan
itu sungguh-sungguh menjadi taman budaya yang menyedot perhatian dunia.
Terletak diatas dataran tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata di
pesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni
dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang
sangat mengagumkan. Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan
kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu
tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi
ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual.
Kawasan
seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat
pertunjukan serta berbagai layanan tata boga. Sebagaimana istana-istana Bali
pada zaman dahulu, pengunjung GWK akan menyaksikan kemegahan monumental dan
kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern
dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Kendati pun anda datang sebagai
bagian dan ribuan pengunjung sebuah event kebudayaan ataupun seorang diri untuk
menikmati sekedar hidangan ringan dan minuman sambil menyaksikan matahari
terbenam, anda akan merasakan keindahan alam dan budaya Bali serta
keramah-tamahan penduduknya. Perwujudan modern sebuah tradisi kuno.
Wisnu
Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang
mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat
dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur
ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang
menyertainya adalah Garuda seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa
Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih.
Gapura
Batu - beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri
kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambil dari kisah
dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan
ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Rayon atau
Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa.
2.5.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra
Natural
Berdekatan
dengan patung Dewa Wisnu terdapat Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air
keramat darimana mengalir air yang dengan kandungan mineral-mineral utama
Keberadaan air di puncak bukit kapur padas ini memang merupakan sebuah
keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan ilmiah, sehingga menjadikannya
tempat kunjungan spiritual dan meditasi. Air tersebut dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan luas dikalangan penduduk
setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan panen yang baik.
Keberadaan
Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang dalam mencari
pencerahan pikiran, lahir dan batin. Tempat untuk berbagai kesempatan. Dengan
curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan
angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal. Amphitheatre
dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan
tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelilingi
pilar-pilar batu cadas serta latar belakang palung kepala Burung Garuda
menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai
perhelatan akbar.
Sebagaimana
arena upacara desa-desa di Bali Street Theatre merupakan tempat yang sangat
tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak.
Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki
kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, vane terbuka untuk umum.
Exhibition Gallery yang memiliki luas 200 m2 terdapat 10 m halaman
terbuka di dalamnya. Santap malam dibawah naungan bintang. Sejumlah cafe dan
restaurant menyediakan layanan tata boga yang lengkap, dari makanan kecil,
hidangan ringan hingga banquets. Layanan On-site catering yang tersedia mampu
melayani hingga 2000 porsi, dengan berbagai hidangan Indonesia, Oriental atau
hidangan International yang dapat disesuaikan dengan tema dan lokasi tertentu.
Garuda
Wisnu Kencana Akan Jadi Monumen Seabad Kebangkitan Nasional. Tempo Interaktif,
Badung: Prseiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Garuda Wisnu Kencana
sebagai tanda seabad Kebangkitan Nasional. Proyek yang baru rampung 15% itu
akan diselesaikan bertepatan dengan peringatan seratus tahun berdirinya Boedi
Oetomo, 20 Mei 2008 nanti. Rampungnya proyek di atas lahan 100 ha di kawasan
Bukit Jimbaran itu menandai
kebangkitan Indonesia sekaligus sumbangan bangsa ini pada
peradaban dunia setelah Candi Borobudur. "Saya mengajak, semua pihak
bekerja-keras mewujudkannya.
Potensi
pendanaan tinggal dimobilisasi, "ujar Yudhoyono dalam sambutan peresmian
Garuda Wisnu Kencana Uluwatu Badung, Bali (18/2). la mengajak seluruh lapisan
masyarakat, pengusaha, pemerintah setempat, dunia usaha, perorangan untuk ikut
menyumbang dana demi menyelesaikan proyek ratusan milyar yang telah dimulai
sejak 17 tahun silam itu. SBY menjanjikan bantuan segala hal dari pemerintah
pusat yang bisa mendorong penyelesaian Garuda Wisnu Kencana Menurut Ketua
Yayasan Made Mangku Pastika, saat ini bam Telkomsel dan Krakatau Steel yang
telah menyatakan kesediaannya membantu pendanaan. Di luar itu, panitia masih
akan mencari dana terutama dari kalangan pengusaha. "Optimis dana bisa terkumpul
dan proyek selesai tepat waktu," sebut Pastika yang juga mantan Kapolda
Bali ini. Selain sebagai penanda kebangkitan nasional, Garuda Wisnu Kencana,
dalam obsesi SBY juga bakal menjadi pusat study kebudayaan dunia atau cultural
world forum.
Di
sini akan menjadi tempat pertemuan-pertemuan tingkat lokal, nasional maupun
internasional yang membahas perkembangan berbagai bidang. Antara lain,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. "Saya terinspirasi Economic
World Forum di Davos," sebut SBY, Tempat itu menjadi pusat pengkajian dan
sering menjadi arena ajang pembahasan masalah ekonomi tingkat dunia Di sana
juga berkumpulnya para cendekia, budayawan, usahawan, dan tokoh ekonomi dunia.
Di Garuda Wisnu Kencana inilah, lanjut Presdien, segala aktivitas menyangkut
budaya dan seni juga ilmu akan dibicarakan intensif. la menyebut, pecan
kebudayaan dunia bisa dikembangkan menjadi bulan wisata. Dimana, pada
waktu-waktu ini wisatawan menerima banyak pilihan berwisata melalui
program-program promosi pariwisata.
Proyek
ini sendiri, menurut penggagas sekaligus pembuat patung Wisnu di Garuda Wisnu
Kencana, Nyoman Nuartha akan diproyeksikan sebagai campuran antara idealisme
dan komersialisme. Para penanam modal tidak hanya memberi dana cuma-cuma.
Namun, "Saling menguntungkan dengan adanya sharing pendapatan. Akan ada
audit oleh lembaga benwenang," sebutnya. Jika proyek ini rampung, patung
Wisnu yang mengendarai burung Garuda ini disebut sebagai lebih tinggi dari
patung Liberty kebanggaan Amerika. Tinggi patungnya 146 meter dengan
landasannya setinggi 25 meter. Di landasan inilah akan ada ruangan convention
atau hall, ruang pameran, dan lain-lain.
2.6.Garuda Wisnu Kencana Menggeliat
Lagi
Bentangan
sayap "burung Garuda" itu benar-benar menakjubkan karena mencapai
panjang 66 meter. Saking besarnya, ia bisa dilihat dari jarak 20 kilometer.
Apalagi kemudian berdiri kokoh di atas sebuah bangunan dengan tinggi 70 meter.
Sungguh, seandainya burung itu menjelma menjadi makhluk hidup, ia akan menjadi penguasa
angkasa yang tiada banding. Garuda Wisnu Kencana (GWK) direncanakan menjadi
patung tertinggi di dunia, mengalahkan Liberty di Amerika Serikat yang
tingginya cuma 135 meter. Tinggi GWK 70 meter dan ditopang bangunan setinggi
itu pula. Berdiri gagah di atas bukit Ungasan, Jimbaran, Bali, areal itu memang
diproyeksikan menjadi sebuah kawasan wisata spektakuler. Pembangunan yang
dimulai pada 2005 itu sempat terkatung-katung.
GWK
mulai menggeliat lagi setelah pemerintah menegaskan harus selesai pada 2008.
"Pemerintah telah meminta agar pembangunan GWK dilanjutkan dan diharapkan
selesai pada 2008," kala Kepala Dinas Pariwisata Bali, 1 Cede Nurjaya,
pekan lalu, Tinggi seluruh bangunan akan mencapai 140 meter. Burung yang ditunggangi
Dewa Wisnu itu menghabiskan sekitar 4.000 ton tembaga dan perunggu. Patung itu
nanti juga akan dilapisi emas di bagian-bagian tertentu. Hingga kini, biaya
yang sudah dihabiskan mencapai Rp 30 miliar. Kemilau emas yang terkena sinar
matahari nantinya dapat terlihat dari kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot.
Lebih eksotis lagi, GWK akan menjadi pemandangan pertama saat pesawat turun di
Bandara Ngurah Rai Denpasar. "Kita berharap GWK mampu menjadi ikon baru
bagi Bali, dan juga bagi Indonesia, turur Nurjaya. Saat ini, patung yang dibuat
oleh I Nyoman Nuarta, seniman asal Bali yang tinggal di Bandung, baru
menyelesaikan bagian kepala burung dan badan Wisnu.
Melihat
dua bagian itu saja, sulit membayangkan akan berapa besar patung itu nanti. I
Gusti Rai Dharmaputra, salah satu pelaku wisata di Bali mengatakan, ide
pembangunan GWK datang dari mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
(Menparpostel), Joop Ave. Alasannya, Bali membutuhkan objek wisata bergaya
baru. "Karena wisata budaya mau tidak mau memang akan menjenuhkan. Orang
bila disuguhi sesuatu yang sama, lama-lama akan jenuh juga," ujar rai.
Selain itu, kawasan Bukit Unggasan yang sebenarnya merupakan wilayah gersang ini juga akan menjadi kebudayaan internasional. Bangunan
penyangga patung merupakan gedung berlantai akan digunakan sebagai plaza
kebudayaan dari berbagai dunia.
Kesan
yang tertangkap saat memasuki kawasan GWK ialah terasa spektakuler. Bukit kapur
yang gersang dibelah hingga membentuk lanskap ala Romawi. Dinding batu dari
bukit-bukit yang terbelah seolah mengepung pengunjung yang datang. Meski belum
jadi, GWK sudah berhasil merebut hati banyak wisatawan. Hampir seluruh
wisatawan, khususnya wisatawan asing, seolah wajib datang ke GWK Padahal baru
selesai sekitar 40% saja, tambah Rai. Setelah sekian lama bersemayam di atas
bukit itu memang mulai menggeliat kembali. Semoga saja 2008 nanti bentangan
sayap dan tajamnya sorotan Garuda itu benar-benar menggemparkan dunia.
Garuda
berasal dari bahasa Sansekerta (dalam bahasa Bali: Garuda) dikenal sebagai
wahana (baca: tunggangan) dari Wisnu, satu dari tiga trimurti yang memainkan
peran sebagai pemelihara. Garuda digambarkan sebagai raja burung yang
berperawakan besar sehingga mampu menutupi sinar pancar matahari, bertubuh
emas, berwajah putih, dan bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang,
tetapi tubuhnya seperti manusia. la dikenal sebagai musuh bebuyutan ular,
sebuah sifat yang diwarisi dari ibunya, yang pernah bertengkar dengan sesama
istri dan atasannya, Kadru, ibu para ular. Garuda dikisahkan pernah mencuri tirta
amerta, air suci milik para dewa, untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman
Kadru, kendati ia tahu resikonya mesti berhadapan dengan para dewa. Kemampuan
menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan
untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara.
Konon,
pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain
yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan
sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda Di Thailand, Garuda
dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut. Semangat yang dikobarkan Garuda itu
diadaptasi sedemikian rupa sebagai metafora dari roh pembebasan yang dikandung
revolusi Indonesia Tak mengherankan jika semua pernak-pernik Garuda Pancasila,
dari mulai bulu tubuhnya yang berjumlah 45 buah, bulu sayapnya yang berjumlah
17, dan bulu ekornya yang berjumlah 8, merupakan simbol dari angka keramat 45,
17 dan 8 yang merujuk pada warsa, bulan dan tanggal dimana proklamasi
kemerdekaan dipancangkan kuat-kuat pertama kali oleh Soekarno-Hatta.
Simbol
itu merupakan bentuk revisi dari rancangan pertama yang diajukan Sultan Hamid.
Dalam rancangan awalnya, burung garuda itu berkepala botak (manusia), dan masih
ada tangan dan bahu yang menyerupai manusia, seperti lambang negara Thailand.
Hanya saja, atas usulan Masyutni, tangan dan bahu manusia itu dihilangkan
karena terlalu kuat memancarkan mitologi Hindu. Garuda Pancasila, seperti yang
kita lihat dalam revisi lambang Garuda Pancasila, tak hanya jadi lambang negara
yang mencerminkan semangat dan proses kemerdekaan serta pembebasan nasional,
tapi juga menyikapi dengan baik bagaimana raut muka dari tarik-menarik serta saling
pengaruh berbagai kekuatan politik.
Posisi
metaforik garuda dalam kehidupan Indonesia, coba kembali diangkat, salah
satunya, dalam pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK.) di bagian selatan pulau
Bali. GWK yang terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, di dalamnya akan
berdiri galeri, exhibition center, Bali Living People Diorama, Amphiteater dan
sebuah Patung Wisnu dan Garuda yang amat besar, yang kabarnya lebih tinggi dari
Statue of Liberty di New York City, dibayangkan akan menjadi salah satu pusat
kebudayaan dunia yang sekaligus menjadi penanda perayaan 100 tahun Kebangkitan
Nasional. Dari "Garuda" yang awalnya merupakan wahana
"Wisnu", saujana tentang Indonesia yang "Kencana"
(cemerlang) sedang mulai dianyam.
Mungkin
banyak yang bilang kalo saya susah banget menerima hal baru. Tapi apa boleh
buat, selama hal baru tersebut itu saya rasa agak atau bahkan sangat mengganggu
stabilitas yang selama ini kita tempuh, nuwun sewu, saya terpaksa bicara agak
keras.
Ada
yang pernah baca komik-komik wayang yang baru dicetak ulang lagi akhir-akhir
ini? Terutama sekuelnya Mahabharata, Bharatayudha, dan Pandawa Seda yang
dikarang oleh R.A. Kosasih? Ada yang sadar kalo nama-nama tokohnya memakai nama
yang berusaha mengikuti aslinya di India, begitu juga nama negara, gelar (Resi,
Dewi), dan segalanya? Maaf kalau sekali lagi saya katakan saya kurang setuju
dengan tindakan seperti ini, karena sebenarnya kita sudah punya padanan
bahasanya sendiri dalam bahasa Indonesia. Memang kalau cerita wayang itu
sebenarnya berasal dari India dan dikarang oleh Maharsi Wyasa. Itu saya akui
dan saya dukung kebenaran pernyataan itu. Tapi tahukah teman-teman kalau cerita
wayang itu di tiap tempat punya kelainan cerita itu sendiri karena disesuaikan
oleh budaya daerah setempat. Seperti di Sri Lanka Siapa pun tahu kalau Rahwana penguasa
Alengka (Lanka) itu seorang raksasa yang jahat, kejam, rakus, dan tukang culik
istri orang.
Tapi,
menurut orang Sri Lanka, Rahwana itu patriot sejati, pembela kebenaran, sun
teladan, penyelamat Dewi Shinta dari kekejaman Sri Rama. Rahwana kalah hanya
karena kelicikan Sri Rama yang dibantu oleh Wibisana, si pengkhianat negara Di
Bali (Bali itu mayoritas beragama Hindu yang notabene berasal dari India)
dikenal punakawan seperti Sangut dan Delem (di pihak kejahatan), serta Merdah
dan Tualen (di pihak kebaikan). Nah, padahal menurut versi India tidak pernah
didengar nama-nama punakawan seperti itu. Maksimal seperti yang saya baca di
:Ghatotkaca Sraya" karya seorang Mpu (entah Sedan, Panuluh, Tantular, atau
Prapanca) dikenal nama-nama punakawannya adalah Punta, Prasanta, dan Juru Den.
Di Jawa (termasuk Sunda karena Jawa Baratpun berada di pulau Jawa), kita
mengenal bahwa penguasa tertinggi adalah Tuhan, bukan Dewa. Ini dibuktikan di
buku komik Wayang Punya karangan RA Kosasih kalau Sanghyang Nurrasa, Nurcahya,
Tunggal, Wenang itu adalah keturunan Nabi Adam. Jelas kalau ini adalah pengaruh
budaya Islam yang dibawa oleh Wali Sanga.
Bahkan
antara Jawa dan Sunda-pun dikenal perbedaan nama punakawan. Sunda mengenal
Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng. Sedangkan Jawa mengenal, Semar, Gareng,
Petruk, Bagong. Di Jawa-pun, masih terbagi atas 2 gagrag, yaitu Surakarta dan
Ngayogyakarta Putra Bima (Werkudara) menurut Surakarta adalah 2, yaitu
Gatotkaca dan Antareja/Antasena Sedangkan menurat Ngayogyakarta adalah 3, yaitu
Gatotkaca, Antareja, dan Antasena (dikenal di Sunda sebagai Raden Jakatawang).
Itu baru perbedaan di negara kita Entah di negara Asia Tenggara lainnya
Permasalahannya sekarang begini: komik yang beredar akhir-akhir ini berusaha
sekali memakai nama-nama India seperti Shikandi (Srikandi, kalau gaya kita),
Pandhava (Pandawa), Vishnu (Wisnu), Devi dan Deva (Dewi dan Dewa), Krishna
(Kresna), Rsi (Resi).
Padahal
kita sudah punya padan katanya dalam bahasa Indonesia. Lalu mengapa para
penerbit itu nekat mencantumkan nama India? Padahal kalau saya lihat di komik
R. A Kosasih yang lama, dia juga menggunakan nama Indonesia Apa
penerbit-penerbit itu sudah minta ijin ke RA Kosasih? Saya rasa lebih baik kita
gunakan saja apa yang sudah kita kenal selama ini. Karena toh cerita wayang
yang kita kenal selama ini adalah hasil modifikasi para Wali Sanga, Tidak perlu
sok mengikuti aslinya, karena secara pakem-pun, R.A Kosasih tidak mengikuti
cerita aslinya, Masalah nama itu hanya akan bikin bingung kita sendiri, soalnya
nama-nama seperti yang tertera selama ini lumayan tidak familiar dengan lidah
kita.
Sebagai
contoh, masyarakat Hindu di Bali sendiri menyebut Vishnu dengan nama Wisnu
(sesuai dengan lafal teman-teman saya sehari-hari), itu dibuktikan dengan
didirikannya dengan monumen Garuda Wisnu Kencana, bukannya Garuda Vishnu
Kencana. Mereka pun jarang mengenal Yudhistira. Mereka tahunya kalau Panca
Pandawa itu terdiri dan Dharmawangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa
(Sadewa, kalau orang Jawa bilang). Pandawa adalah Pandawa (bukan Pandhava),
Drestajumna adalah Drestajumna (bukan Dhrstadyumna). Batara Kresna adalah
Batara Kresna (bukan Krishna). Itu argumen saya sebagai orang Jawa khususnya,
Indonesia umumnya.
Jadi,
lebih baik nama-nama India itu kita kembalikan ke bahasa kita sehari-hari,
karena perkembangan cerita wayang di tiap daerah itu berbeda-beda, Kita di
Indonesia anutlah yang sesuai dengan jati diri kita. Satu lagi, apakah di India
kita mengenal lakon-lakon seperti Kartawiyoga Maling, Gatotkaca Rante, Membangun
Taman Macrakaca, Pelruk Dadi Ratu, Sardula Buda Kresna (Setyaki Krama), Puter
Puja Pahdawa, dan lain-lain. Semua itu adalah perkembangan dari cerita wayang
yang berasal dan India itu sendiri di tanah Jawa Suatu hari nanti wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Bali akan membicarakan Patung Garuda Wisnu
Kencana (GWK) saat mereka kembali pulang ke Negaranya. Kelak, Patung GWK
mungkin akan menggantikan ketenaran Kuta yang memang sudah terkenal ke seluruh
Dunia. GWK mungkin akan jadi ikon Bali masa depan seiring menurunnya
popularitas Kuta sebagai tujuan wisatawan. Itu bilamana GWK telah selesai
dibangun.
Pertanyaannya,
kapan GWK akan selesai dibangun? Semenjak saya duduk dibangku Sekolah Dasar
hingga proyek prestisius ini mulai berjalan pada tahun 1997, beberapa saat
sebelum keuangan bangsa Indonesia dilanda krisis moneter. Pembangunannya
terkendala bahan baku, pendanaan, dan konflik internal pengelolanya. Namun
apapun yang terjadi pada saatnya nanti setiap pengunjung akan dibuat kagum oleh
kemegahan proyek kebudayaan ini. Patung Dewa Wisnu sedang menunggang garuda
setinggi 75 meter itu akan diletakkan di atas pondasi setinggi 70 meter. Dengan
demikian, tingginya akan mencapai 145 meter. Ditambah penangkal petir dan
peralatan teknis lainnya selinggi 4 meter, total tinggi keseluruhan GWK. bisa
mencapai 149 meter.
Dan,
semuanya itu dibangun di atas perbukitan yang berketinggian 300 meter di atas
permukaan laut. Tak heran kalau GWK akan menjadi pemandangan pertama para
wisatawan saat mereka menginjakkan kakinya di Bandara Ngurah Rai. Sebaliknya,
dari atas monumen, kita bisa menikmati pemandangan matahari terbenam di sekitar
Jimbaran yang berpasir putih. Kecuali monumen, di atas areal kompleks ini juga
nantinya akan didirikan exhibition centre, beberapa restoran, lotus pond, Bali
living people diorama, Giri Kencana Villa, Gapura 1000 theater, amphitheater,
juga ada trade and promotion center. Bali memang kekurangan monumen besar atau
bisa dibilang tidak memiliki hasil karya besar yang mengagumkan. Komponen
terbesar industri pariwisata Bali bersumber pada kesenian, keindahan alam, dan
hasil kebudayaan.
Semua
menjadi indah dan eksotis karena ditunjang alam dan kebudayaan yang mendukung.
Sebut saja Tanah Lot, Pura Uluwatu, begitu juga Kintamani, dan Bedugul.
Semuanya mutlak mengandalkan keindahan alam. Pura Besakih, yang disebut sebagai
ibu semua pura di Bali, secara fisik bahkan tidak bisa dibandingkan dengan
kemegahan Candi Prambanan dan mahakarya Candi Borobudur. Hadirnya monumen GWK
jelas akan menambah kekurangan yang dimiliki Bali. Walau belum tuntas
seluruhnya, amphitheather GWK beberapa kali pernah dijadikan sebagai tempat
pementasan berskala internasional. Sebut saja pementasan "Bali for the
World" tahun 2003, yang dijadikan tonggak kebangkitan pariwisata Bali
pasca bom Bali I yang menewaskan 202 orang dengan mayoritas wisatawan asing.
Belum lagi pentas-pentas skala nasional dan eksklusif. Bahkan saya sebagai
masyarakat lokal turut berpartisipasi menjadi tenaga keamanan (Pecalang) dalam
setiap kegiatan yang diadakan diarea GWK.
B. Mengenal Obyek Wisata Alam Sangeh
Obyek wisata alam
sangeh terletak di desa adat sangeh, kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung,
Propinsi Bali.
Menurut sejarah
keberadaannya Pura Bukit Sari sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Mengwi.
Pura Bukit Sari dibangun oleh Anak Agung Anugrah Made Karang Asem Sakti, anak
angkat Raja Mengwi Cokorda Sakti Blambangan.
Konon Anak Agung Anugrah Made Karang Asem Sakti melakukan tapa “Rare”
yaitu bertapa sebagaimana bayi atau anak-anak. Beliau mendapatkan pawisik
(Ilham) dan membuat Pelinggih (Pura) di hutan Pala Sangeh, maka sejak hutan
itulah Pura Bukit Sari berdiri pas di tengah-tengah Hutan Pala.
Berdasarkan Mitologi
yang diyakini oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya nama Sangeh erat
hubungannya dengan keberadaan “Hutan Pala” yang mana Sangeh berasal dari dua
kata “Sang” berarti “Orang’ dan “Ngeh”
yang berarti melihat. Sangeh artinya orang yang melihat. Konon kayu-kayu (Pala)
dalam perjalanan dari Gunung Agung (Bali Timur) menuju salah satu tempat Bali
Barat, karena dalam perjalanannya ada yang melihat, akhirnya pohon-pohon
tersebut berhenti dai satu tempat yang sampai sekarang disebut “Sangeh”.
Obyek taman wisata
Sangeh mulai dirintis pada tanggal 1 Januari 1969 dan mulai mengalami kemapanan
pada tahun 1971 dengan sumber pembiayaan pembangunan dan sumbangan sukarela /
Dana Punia yang dikenakan kepada setiap pengunjung yang masuk ke Obyek Wisata
Sangeh. Mulai tanggal 1 Januari 1996 dikenakan retribusi berdasarkan Perda TK
II Bandung No. 20 tahun 1995. Dalam Teknis Pengelolaan Obyek Wisata Sangeh
sepenuhnya merupakan hak daripada pengelola dalam hal ini Desa Adat Sangeh.
Obyek Wisata Sangeh
tidak hanya terkenal karena keberadaan keranya yang jinak, namun karena adanya
10 Ha. Homogen Hutan Pala (Dipterocarpus trinervis) yang umurnya telah ratusan
tahun bijinya tidak bisa dimakan dan juga adanya pura bukit sari yang merupakan
pura peninggalan Abad ke 17 pada waktu kejayaan kerajaan Mengwi dan juga ada
pura melanting, pura tirta, pura anyar dan pohon lanang wadon.
Disebut pohon
lanang wadon karena pohon itu mempunyai dua jenis kelamin yang mirip dengan
jenis kelamin laki-laki dan kelamin perempuan. Sehingga pohon tersebut disebut
pohon lanang wadon.
Hutan Pala Sangeh
dihuni oleh Kera Abu ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang jumlahnya kurang
lebih 600 ekor, dan keberadaan mereka pun tidak terlepas dari keyakinan
masyarakat yang menganggap mereka adalah jelmaan Prajunt Putri. Oleh karena itu
masyarakat sekitar tidak akan berani mengganggu keberadaan mereka, karena
mereka dianggap kera Suci yang disakralkan yang membawa berkah bagi masyarakat
Sangeh dan sekitarnya.
Kehidupan mereka
pun layaknya kehidupan masyarakat di Bali yang mana mereka mempunyai kelompok
(Banjar) yang terbagi dalam (3) kelompok (Banjar), yaitu : Timur, Tengah dan
Barat, dan masing-masing kelompok mempunyai pemimpin masing-masing.
Yang unik dari
kehidupan mereka, adanya persaingan diantara Pejantan-pejantan, yang mana awan
selalu bersaing : dikelompoknya memperebutkan daerah kekuasaan, kelompok siapa
yang paling kuat akan menguasai kelompok tengah, yang paling banyak sumber
makanannya.
Karena obyek wisata
Sangeh sangat disakralkan oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya, maka ada
beberapa hal yang harus ditaati di dalam hutan Sangeh. Oleh karena itu sebelum
memasuki obyek wisata alam Sangeh pengunjung harus berhati-hati, karena apabila
melanggar peraturan atau larangan tersebut, maka akan menanggung resikonya
sendiri.
Adapun larangan
bagi pengunjung yang akan memasuki obyek wisata Alam Sangeh antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi pengunjung khususnya perempuan yang sedang
datang bulan tidak diperbolehkan memasuki obyek tersebut
2. Bagi
pengunjung yang ada
kuncutakan (keluarganya ada
yang meninggal) disarankan tidak memasuki obyek tersebut.
3. Bagi pengunjung tidak boleh membawa barang-barang
yang merangsang kelompok kera.
Oleh karena itu,
setiap pengunjung akan selalu ditemani berkeliling oleh pemandu lokal, guna
menjaga keamanan dan kenyamanan. Sebelum melewati pintu keluar di Sangeh juga
terdapat Art Shoop yang menjual pakaian anak-anak, pakaian dewasa, lukisan,
acsesories, dan hiasan-hiasan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian sejarah tentang obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan
obyek wisata alam sangeh yang terletak di Pulau Bali pada tahun ajaran 2012 /
2013 yang tertuang didalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Yang membangun dan mengembangkan
obyek wisata Garuda Wisnu Kencana di Pulau Bali ini adalah seorang sarjana
lulusan institut teknologi Bandung yang bernama I Nyoman Nuarta.
2. Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana
(GWK) ini, mulai dikembangkan dan dibangun pada tahun 1997. Namun sampai saat
ini penyelesaiannya baru 15%. Hal ini dikarenakan subsidi dari Pempus yang
kurang dan lambat.
3. Unsur-unsur agama yang terkandung
di tempat wisata Garuda Wisnu Kencana dan pemeluk kepercayaan yang melaksanakan
ibadah disana yaitu wisnu simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemeliharaan
alam semesta yang mendominasi kawasan Garuda Wisnu Kencana.
4. Bahwa Obyek Wisata Alam Sangeh
terletak didesa adat sangeh kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Propinsi
Bali.
5. Obyek Wisata Alam Sangeh dirintis
pada 1 Januari 1969 dan mulai mengalami kemapanan pada tahun 1971 dengan sumber
pembiayaan pembangunan dari sumbangan sukarela/dana panitia yang dikenakan pada
setiap pengunjung yang masuk ke Obyek Wisata Alam Sangeh
6. Di dalam Obyek Wisata Alam Sangeh
juga terdapat pura bukit sari yang dibangun oleh anak Agung Made Karang Asem
Sakti, anak angkat raja Mengwi Cokorda Sakti Blambangan.
B. Saran
Untuk
mencapai keberhasilan yang baik dalam pelaksanaan penulisan Karya Tulis dan
pelestarian sejarah suatu obyek wisata maka perlu adanya:
- Kerjasama yang baik antara pengelola Obyek Wisata dan pemerintah dalam melaksanakan pengembangan dan pembangunannya, sehingga proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) cepat terselesaikan.
- Pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya, bekerja secara maksimal dan profesional dalam menyalurkan dan memberikan subsidi dalam pembangunan obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) tersebut.
- Sebaiknya masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dengan pelestarian budaya yang dimiliki oleh setiap daerah.
- Sebaiknya kita mengetahui dan menjaga setiap obyek wisata yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, Ika.
2009. Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana. Banyumas : MAN Sumpiuh.
Priatiningsih,
Yayu. 2007. Obyek Wisata Alam Sangeh. Banyumas : MAN Sumpiuh.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : FRIDI ENDAH ASTUTI
NIS : 3588
Kelas : XII IPS 1
Tempat, Tgl. Lahir : Banyumas, 13 Maret 1998
Alamat : Alasmalang RT 02 RW 03
Kecamatan Kemranjen – Kabupaten Banyumas
Pendidikan : 1. SD N 1 Alasmalang
2. MTs
Ma’arif NU 4 Kemranjen
3. MA
Negeri Sumpiuh
Hobby : Membaca
SMS
Demikian data riwayat hidup penyusun dibuat dengan
sebenar-benarnya.
Sumpiuh, September
2015
Penyusun
FRIDI
ENDAH ASTUTI
![]() |
0 comments:
Post a Comment