Thursday, January 21, 2016

MAKALAH GARUDA WISNU KENCANA (GWK) DAN HUTAN SANGEH DI BALI




INDAHNYA OBYEK WISATA GARUDA WISNU KENCANA DAN HUTAN SANGEH DI BALI


KARYA TULIS

Di ajukan dalam Rangka Melengkapi Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh












Ditulis Oleh :
Nama          : ANISA ENI PRIYANTI
Kelas           :
No. Induk   :




MADRASAH ALIYAH NEGERI SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS
2015




                                         KEMENTRIAN AGAMA
                            MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)
                                                              SUMPIUH
                         Jl. Kebokura Sumpiuh, Telp. (0282) 497611 Kab. Banyumas 53195
 


PENGESAHAN

Karya Tulis     

Berjudul :
INDAHNYA OBYEK WISATA DAN GARUDA WISNU
KENCANA HUTAN SANGEH DI BALI

Oleh :
Nama Siswa    :
No. Induk       :


Setelah membaca naskah karya tulis ini secara keseluruhan dan perbaikan seperlunya dengan ini kami menyatakan bahwa karya tulis ini memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah.


                                                                            Sumpiuh,     September 2015
                           Mengetahui
                  Kepala MAN Sumpiuh                                  Pembimbing,



                Drs. H. Affandie, M.Ag                        Erry Rosilowati, S.Pd
              NIP. 196006201987031002                  NIP. 196802011995032001

MOTTO


Jika kamu berbuat baik (berarti) berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai..” (QS. Al-Isra : 07)







PERSEMBAHAN

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mempersembahkan hasil karya tulis ini kepada orang tua (Ayah dan Ibuku) tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini, sebagai tugas dari sekolah guna memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Madrasah di Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun ajaran 2015/2016.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu, mendukung penulis karya tulis ini, antara lain :
1.      Bapak Drs. Affandie, M.Pd.I selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
2.       Bapak Amin Yuhdi, S.Pd.,M.Pd.I selaku guru pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3.      Bapak/ Ibu Guru serta staf Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh
4.      Keluarga tercinta, (Ayah, Ibu dan Kakak) yang telah memberi dukungan secara moril dan materiil kepada penulis.
5.      Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Manusia adalah tempat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan, demi kesempurnaan laporan yang lain dimasa mendatang. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Sumpiuh,     September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi

BAB   I    PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2.Pembatasan Masalah....................................................................... 2
1.3.Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.4.Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
1.5.Manfaat Penulisan.......................................................................... 4

BAB  II   PEMBAHASAN MASALAH
2.1.Sangeh............................................................................................ 5
2.2.Kelompok Kera Sangeh.................................................................. 6
2.3.Misteri Makam Kera Hingga Keindahan Taman Pala ................... 7
2.4.Legenda ......................................................................................... 8
2.5.Letak dan Lokasi Wisata Garuda Wisnu Kencana......................... 9
2.6.Bukit Kapur Unggasan Menjadi Taman Budaya............................ 10
2.7.Proyek Garuda Wisnu Kencana...................................................... 12
2.8.Pembangunan di Bukit Kapur yang Gersang................................. 13
2.9.Seguah Lokasi Kunjungan Spiritual............................................... 14
2.10.Garuda Wisnu Kencana Menggeliat Lagi..................................... 15

BAB III   PENUTUP
3.1.Kesimpulan..................................................................................... 17
3.2.Saran-saran...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Sejarah dapat terjadi pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat suatu bangsa. Ketiga lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh positif pada masyarakatnya untuk memiliki rasa cinta tanah air. Sejarah bangsa Indonesia merupakan warisan nenek moyang dan leluhur kita yang harus kita jaga, karena kita tinggal di negara yang memiliki sejarah dan ini adalah tugas bagi manusia yang tinggal di negeri ini. Baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk mencintai tanah airnya.
Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) adalah salah satu dari begitu banyak pariwisata yang ada di Pulau Bali. Sangeh yang terletak di sebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar terkenal karena ini merupakan sebuah dosa dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas, di sebuah bukit yang bernama Bukit Sari. Dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) sendiri yang terletak dibukit Unggasan Jimbaran, Bali ini merupakan hasil karya putra daerah sekaligus putera bangsa ini. Ciri-ciri bangsa yang melestarikan dan menjaga budayanya adalah :
1.      Masyarakat bisa berfikir sistematis tentang apa yang ada dalam sebuah peninggalan budaya serta dilakukannya dan belajar dari pengalaman.
2.      Warga negara (masyarakat) menguasai komitmen pada peninggalan masa lalu pada proses pelestarian budaya bangsa.
3.      Memahami dan menguasai secara maksimal tentang budaya yang diwariskan oleh nenek moyang serta bertanggung jawab memantau kelestarian budaya.
4.      Kita mampu untuk menjaga dan melindungi obyek wisata yang dimilik tanah air.
Dari uraian diatas penulis ingin menunjukan karya ilmiah yang berjudul “Indahnya Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana dan Hutan Sangeh di Bali”

1.2.Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penulis hanya mengambil data dari brosur dan pengalaman penulis sebagai pokok bahasan yang ditulis dikarenakan agar para pembaca mengetahui lebih dekat dan lebih detail tentang alam Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK).

1.3.Rumusan Masalah         
1.      Adakah mitos-mitos yang disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan penduduk Ubud pada khususnya ?
2.      Bagaimana sikap pengunjung jika berada di tempat wisata sangeh ?
3.      Apakah manfaat obyek sangeh bagi masyarakat Bali dan negara Indonesia?
4.      Dimana tepatnya sangeh ini berada dan legenda apa yang tersimpan di dalamnya ?
5.      Apa yang dilakukan oleh kelompok kera yang tiba-tiba menghilang ?

6.      Apakah unsur-unsur agama yang terkandung ditempat wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan pemeluk kepercayaan apa yang melaksankan ibadah disana ?
7.      Adakah mitos-mitos yang disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan penduduk sekitar Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada khususnya terhadap Patung Garuda tersebut ?
8.      Siapa yang membangun dan mengembangkan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Pulau Bali ini ?
9.      Kapan Garuda Wisnu Kencana (GWK) mulai dikembangkan dan dibangun ?

1.4.Tujuan Penulisan
1.      Sebagai salah satu untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun Pelajaran 2015/2016.
2.      Untuk membuktikan kepada masyarakat international bahwa Indonesia memiliki sejarah masa lalu dan memiliki berbagai macam budaya, agama dan adat istiadat. Sehingga orang asing menghargai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab.
3.      Menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi pelajar yang tour ke Bali dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang kekayaan alam dan bangsa ini.
4.      Untuk menambah kecintaan akan sejarah dan budaya yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia bagi para generasi mudanya.




1.5.Manfaat Penulisan Karya Tulis
Adapun manfaat yang penulis sampaikan dalam melaksanakan study tour ke Bali dan penyusunan tugas dari sekolah dan guru pembimbing ini, diantaranya adalah:
1.      Melatih siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah.
2.      Sebagai bahan masukan untuk surnber daya manusia agar lebih berkualitas bagi masyarakat dan pelajar Indonesia
3.      Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
4.      Sebagai sumbangan karya tulis bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik almamater pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1.Sangeh
Tempat pariwisata di Pulau Bali yang terletak disebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar, Sangeh terkenal adalah Sangeh, karena ini merupakan sebuah desa dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran bebas disebuah bukit sari. Disana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari. Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan. Menurut legenda setempat Bukit Sari dan monyet ini berada disana ketika Hanoman, sebuah tokoh dalam wiracarita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian gunung ini jauh disana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Di Pulau Bali banyak akan anda jumpai monyet atau kera penjaga pura menandakan bahwa tempat itu ada betaranya, seperti di Sangeh.Puluhan monyet hidup disekitar hutan pura. Andapun bisa memberi makan monyet-monyet ini, tapi kita harus hati-hati bagi yang membawa perhiasan atau aksesoris lainnya. Jangan sampai kita membiarkan menempel pada badan kita pada saat kita memasuki area Hutan Sangeh. Saran yang diberikan oleh penjaga atau pawang di tempat ini adalah sebaiknya dilepas dan disimpan untuk sementara karena jika anda lengah atau lupa melepasnya, maka monyet-monyet akan datang ke arah anda dan dengan cepatnya tangan-tangan monyet ini akan mengambil barang anda, dan anda tidak akan bisa berbuat apa-apa selain memandanginya.

Sangeh adalah nama sebuah desa yang di bagian utara desanya ditumbuhi pohon pala seluas 14 hektar dan dihuni oleh ratusan kera. Pohon pala seperti itu tidak dijumpai di tempat lain di Bali dan keberadaannya di Sangeh ini merupakan misteri. Sebuah pura kecil diselimuti lumut hijau tersembunyi di sela-sela hutan pala yang menjulang tinggi itu. Di punggung sebuah tugu pura tersebut di pahat patung Garuda, seekor burung mistik yang di dalam cerita Samudramantana dikisahkan sedang mencari tirta Amerta di dasar samudra. Kemudian atas jasanya oleh Betara Wisnu, dihadiahkan seteguk kepadanya akhirnya Garuda menjadi kendaraan setia Bathara Wisnu.

2.2.Kelompok Kera Sangeh
Sumohon menuturkan kepada penulis tentang keunikan lain yang dimiliki oleh kera Sangeh adalah mereka mempunyai sebuah organisasi layaknya manusia. Mereka mampu untuk mengadakan rapat. Bisa saja suatu hari kera-kera itu menghilang tanpa dapat ditelusuri kemana perginya. Menurutnya, hal itu tidak aneh lagi karena mereka sedang menggelar parum (rapat) di wilayahnya masing-masing. Seperti layaknya manusia, kera di Sangeh mempunyai kelompok-kelompok sendiri terdiri atas kelompok Barat. Tengah dan timur. Dan masing-masing kelompok ada pemimpinnya. Tetapi, yang menjadi penguasa tertinggi atau maharaja adalah pemimpin kelompok tengah. Karena selain wilayahnya paling luas, juga terdapat Pura Bukit Sari yang terkenal kesakralannya.


2.3.Misteri Makam Kera Hingga Keindahan Taman Pala
Daya tarik utamanya adalah hutan yang dihuni oleh sekitar 700 ekor lebih kera. Beberapa tahun silam kera-kera Sangeh dikenal liar dan suka mengganggu pengunjung, sampai-sampai ada pengunjung yang menderita trauma karena dicakar hingga mengalami luka berat. Tak hanya itu. pengunjung juga sering diusili kera seperti kacamata atau topi diambil dan di bawa lari. Kalau di beri makanan, baru ia mengembalikan barang yang diambilnya. “Tapi sekarang dijamin tidak ada lagi kera-kera yang mengganggu pengunjung karena sudah di beri makanan secara teratur dua kali sehari. Dulu memang kera-kera itu nakal karena kelaparan. Dengan mengambil barang milik pengunjung. kera itu berharap diberi imbalan makanan.” Jelas Made Sumohon manajer obyek wisata Sangeh.
Lelaki asli kelahiran Sangeh itu lebih jauh menuturkan, beruhahnya perilaku kera turut berimbas terhadap arus kunjungan wisatawan. Semasa Sangeh masih identik dengan kera nakal. Wisatawan takut untuk berkunjung dan menikmati keunikan alam Sangeh, karena takut diserang atau diambil barangnya. Namun kini, selelah perilaku binatang primata itu berubah menjadi jinak, wisatawan yang datang pun meningkat drastis. Mereka sudah tidak takut dan was-was akan keselamatan diri dan barang bawaaannya.
Dalam hal ini Sumohon menegaskan, kera di Sangeh bukanlah kera sembarangan. Jika umumnya kera di daerah lain suka di belai dan di pegang kepalanya, janganlah melakukannya kepada kera Sangeh jika tidak ingin di gigit atau di cakar. Kepala merupakan kehormatan bagi kera Sangeh sehingga pantang di pegang orang. Tak hanya itu, berlaku kasar kepada kera Sangeh juga merupakan larangan keras bagi para pengunjung.
“Belum lama ini ada penduduk dekat sini yang menabrak kera tetapi tidak menghaturkan banten sebagai tanda minta maaf, tiga hari berturut-turut anaknya sakit keras. Akhirnya, ia sadar telah melakukan kesalahan kepada kera Sangeh dan datang kemari sambil membawa banten. Setelah itu, anaknya langsung sembuh. Ada juga pengunjung yang meludahi kera. Tak lama berselang kera yang diludahi langsung kerauhan (kesurupan). Inilah keunikan kera Sangeh sehingga saya percaya bahwa mereka memang bukan kera sembarangan,” urainya.

2.4.Legenda
Legenda lain menceritakan bahwa penghuni hutan tersebut adalah prajurit kera yang kelelahan didalam pertempuran membunuh Rahwana dalam cerita Ramayana. Kera-kera tersebut jatuh bersamaan dengan bungkahan gunung dan hutan yang dipakai menghimpit tubuh Rahwana kemudian menetap di hutan itu. Legenda Ramayana bercerita tentang turunnya Dewa Wisnu ke dunia untuk memerangi kejahatan dari kaum raksasa yaitu Rahwana. Dalam kepercayaan Hindu, turunnya Dewa Wisnu ke dunia untuk menegakan disebut dengan Awatara.
Cerita lain juga mengatakan bahwa seseorang putri kerajaan bernama Mayangsari yang sedang kasmaran, gagal bertunangan, akhirnya melarikan diri ke hutan terdekat dan menjadi seorang pertapa. Disaat pelariannya itu dia tidak memakai sehelai kainpun, sehingga harus memakai rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling terlarang. Dia gagal mewujudkan impiannya dan meninggal secara ghaib. Masyarakat setempat percaya, bahwa dewi itu kini menjadi Bethari Mayangsari.

2.5.Letak dan Lokasi Wisata Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan -Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Garuda Wisnu Kencana (GWK), merupakan patung Dewa Wisnu yang berdiri tegak di Bukit Ungasan Jimbaran Bali (selatan bandara).
Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan dipahat pula. Menurut keterangan yang diperoleh di lokasi, patung yang berasal dari kuningan dan tembaga ini dibuat di Bandung kemudian dikirimkan ke Bali dengan kondisi terpecah-pecah dalam beberapa bagian yang siap rangkai. Dewa Wisnu sendiri dalam keyakinan umat Hindu merupakan dewa pelindung atau pemelihara alam semesta. Sedangkan Garuda adalah kendaraan Dewa Wisnu, yang melambangkan kebebasan dan pengabdian. sehingga secara keseluruhan, GWK diharapkan menjadi simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara mengendarai burung Garuda Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda danKerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.

2.6.Bukit Kapur Unggasan Menjadi Taman Budaya
Menyebut nama Pulau Dewata Bali seakan tidak terpisahkan dari pariwisata, Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Sumber kekuatannya adalah keindahan alam, termasuk kemolekan garis pantainya Nyaris tiap jengkal kawasannya memantulkan keteduhan. Alam yang hijau segar cukup mendominasi. Pemandangan itu secara tidak langsung menggambarkan perbedaan mencolok dengan daerah lain yang sudah menjadi gundul dan tandus akibat ulah penduduknya.
Perbedaan lainnya bisa dicatat dari perkampungannya, entah di kota atau di pedesaan. Perkampungan di Bali jauh dari kesan gersang. Rumah-rumah umumnya tumbuh di antara atau di bawah naungan pohon. Tidak sedikit pohon di kawasan ini tumbuh secara alamiah, namun terpelihara hingga berusia tua. Semua itu adalah pendukung utama yang mengibarkan Bali menjadi daerah tujuan wisata bernilai tinggi. Namun, keindahan alam di Bali ternyata masih menyisakan Unggasan.
Maklum saja, Ungasan dan sekitarnya memang merupakan perbukitan kapur yang memancarkan pemandangan tandus dan gersang. Berbeda dengan wilayah Bali lainnya, perbukitan Ungasan tergolong kawasan miskin humus. Tak ada bagian lahan yang dapat diolah menjadi sawah. Masyarakat setempat memanfaatkan lahan sekitamya hanya untuk ditanami jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Keberadaan lahan garang itu selanjutnya berpengaruh langsung terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Sosok kemiskinan memang terpancar kuat dari perkampungan Ungasan. Seperti apa gambarannya, sebut saja misalnya rumah yang lazim disebut kubu sebagai tempat tinggal warganya, rata-rata hanya dari bahan gedek (anyaman bambu). Sesuai kondisi lahan, hasil kebunpun sangat terbatas, hanya berupa kacang-kacangan, singkong, dan ubi jalar (tatas).
Namun, dari perbukitan Ungasan, mereka juga menyaksikan gelimang pariwisata yang tak henti-hentinya mengalirkan rezeki dan kemegahan bagi warga tetangganya di Kuta dan Denpasar. Namun, jangan cepat terkecoh dulu Ungasan yang memancarkan kemiskinan itu adalah kisah masa lalu, setidaknya hingga awal tahun 1990-an. Ungasan kini sudah berubah jauh, bahkan lelah menjadi salah satu obyek wisata yang mampu membuat para pengunjung berdecak kagum. "Kalau dulu atau hingga sebelum peristiwa peledakan bom Bali, wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan ini rata-rata 500 orang per hari atau iebih kurang 15.000 per bulan.
Lanjutan langkah pergumutannya kemudian menjelma menjadi sebuah program yang dikenal bernama Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK). Bernaung di bawah Yayasan GWK pimpinan Nyoman Nuarta, proyek itu intinya berupa pembangunan sebuah patung berukuran raksasa untuk ditakhtakan di puncak bukit kapur yang tandus, Ungasan. Patungnya sendiri juga bernama Garuda Wisnu Kencana, Wisnu yang dimaksud di sini adalah Dewa Wisnu. Menurut keyakinan agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa pelindung atau sumber kekuatan utama pemelihara alam semesta, Wujud yang menyertainya adalah garuda, seekor burung raksasa yang jadi kendaraan Dewa Wisnu, sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih.

2.7.Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Perubahan dan pengembangan perlu dilakukan di wilayah GWK, Disini yang berobsesi mengubah kawasan tandus Ungasan menjadi taman budaya sekaligus obyek wisata kaliber dunia, realisasi fisiknya di lapangan sebenarnya sudah mulai digarap sejak tahun 1997.
Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukan penggalan batu, potongan kayu, atau benda lepas lainnya. Di sini yang diukir adalah permukaan bukit kapur dengan cakupan areal seluruhnya 250 hektar. Kisah tentang pengukiran bukit inipun bertambah menarik karena sebagian permukaan kawasan sebelumnya sudah bopeng alias berlubang-lubang. "Luka bopeng" kulit bumi Ungasan terjadi akibat penggatian material kapur sebagai bahan bangunan di Denpasar, Kuta, atau tempat lainnya di Bali. Sebelum mulai mengukir sekitar enam tahun lalu, Nyoman Nuarta bersama kelompoknya dilaporkan lebih dahulu membenahi lubang-lubang liar di kawasan itu. Proyek yang menelan biaya triliunan rupiah itu hingga kini belum terwujud.


2.8.Pengembangan di Bukit Kapur yang Gersang
Bukit kapur Ungasan sudah berubah meski warganya masih tetap menunggu kapan kawasan itu sungguh-sungguh menjadi taman budaya yang menyedot perhatian dunia. Terletak diatas dataran tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata di pesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan.
Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual. Kawasan seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai layanan tata boga.
Perwujudan modern sebuah tradisi kuno. Wisnu Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang menyertainya adalah Garuda seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih. Beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambii dari kisah dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Rayon atau Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa.

2.9.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra Natural
Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang dengan kandungan mineral-mineral utama. Keberadaan air di puncak bukit kapur padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi. Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan panen yang baik. Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin. Tempat untuk berbagai kesempatan. Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal.
Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelitingi pilar-pilar batu cadas serta latar belakang palung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar. Sebagaimana arena upacara desa-desa di Bali Street Theatre merupakan tempat yang sangat tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak. Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, vane terbuka untuk umum. Exhibition Gallery yang memiliki luas 200 m2 terdapat 10 m halaman terbuka di dalamnya. Santap malam dibawah naungan bintang. Sejumlah cafe dan restaurant menyediakan layanan tata boga yang lengkap, dari makanan kecil, hidangan ringan dan lain-lain.

2.10. Garuda Wisnu Kencana Menggeliat Lagi
Patung itu nanti juga akan dilapisi emas di bagian-bagian tertentu. Hingga kini, biaya yang sudah dihabiskan mencapai Rp 30 miliar. Kemilau emas yang terkena sinar matahari nantinya dapat terlihat dari kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot. Lebih eksotis lagi, GWK akan menjadi pemandangan pertama saat pesawat turun di Bandara Ngurah Rai Denpasar. "Kita berharap GWK mampu menjadi ikon baru bagi Bali, dan juga bagi Indonesia, turur Nurjaya.
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut. Semangat yang dikobarkan Garuda itu diadaptasi sedemikian rupa sebagai metafora dari roh pembebasan yang dikandung revolusi Indonesia.
Dewi Shinta dari kekejaman Sri Rama. Rahwana kalah hanya karena kelicikan Sri Rama yang dibantu oleh Wibisana, si pengkhianat negara Di Bali (Bali itu mayoritas beragama Hindu yang notabene berasal dari India) dikenal punakawan seperti Sangut dan Delem (di pihak kejahatan), serta Merdah dan Tualen (di pihak kebaikan). Nah, padahal menurut versi India tidak pernah didengar nama-nama punakawan seperti itu.


BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
  1. Berdasarkan hasil penelitian sejarah tentang Obyek Wisata Sangeh, yang terletak di Pulau Bali pada tahun ajaran 2015/2016 yang tertuang di dalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a.       Sangeh memiliki mitos-mitos yang disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat Ubud pada khususnya, yaitu tentang makam kera yang mampu mengabulkan permintaan mereka.
b.      Sikap pengunjung jika berada ditempat pariwisata sangeh harus menjaga sopan santun.
c.       Manfaat obyek wisata sangeh bagi masyarakat Bali dan negara Indonesia mampu menambah devisa daerah dan negara.
d.      Sangeh ini berada di pulau Bali tepatnya di Ubud dan legenda yang dtersimpan di dalamnya tentang misteri makam kera.
e.       Yang dilakukan oleh kelompok kera, yang tiba-tiba menghilang adalah mereka melakukan pertemuan dengan kera yang lain sesuai dengan kelompoknya.
  1. Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan – Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan dipahat pula.
Menyebut nama Pulau Dewata Bali, seakan tidak terpisah dari pariwisata. Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukanlah penggalan batu, potongan kayu atau benda lepas lainnya.

3.2.Saran
Untuk mencapai keberhasilan yang baik dalam pelaksanaan penulisan Karya Tulis dan pelestanan sejarah suatu obyek wisata maka perlu adanya saran diantaranya:
1.      Sekolah sebaiknya memberikan fasilitas kepada siswa-siswinya dalam penyusunan karya tulis atau tugas yang lain. Misalnya memberikan siswa untuk menggunakan fasilitas komputer yang dimiliki sekolah, sehingga siswa tidak terlalu besar mengeluarkan biaya dalam pembuatan karya tulis.
2.      Bagi masyarakat Pulau Bali pada khususnya dan para pengunjung pada umumnya harus bekerja sama menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan obyek wisata sangeh.
3.      Seluruh masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam pelestarian budaya bangsa yang dimiliki oleh setiap daerah.
4.      Kerja sama yang baik antara pihak pengelola obyek wisata dan pemerintah dalam melaksanakan pengembangannya sehingga proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) cepat terselesaikan.
5.      Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bekerja secara maksimal dan profesional dalma menyalurkan dan memberikan subsidi dalam pembangunan proyek pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK) tersebut.
6.      Kepedulian bagi masyarakat pulau Bali pada khususnya dan para pengunjung pada umumnya dalam menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini.
7.      Kegotong royongan antara seluruh masyarakat Bali dan pemerintah dalam pelestarian budaya bangsa yang dimiliki oleh setiap daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Internet. 2012. www.wisatabali.com. Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)

Internet. 2012. google.com-search-image-garuda-wisnu-kencana-dibali.com. Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)

Internet. 2012. google.com-search-image-objek-wisata-hutan-sangeh -dibali com. Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)

Kurnia. Novani. 2012. Indahnya Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana Dan Hutan Sangeh Di Bali. MAN : Sumpiuh

Solikhah. Maratus. 2011. Menelusuri Objek Wisata Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana di Bali. MAN : Sumpiuh.






LAMPIRAN-LAMPIRAN
 
 

Patung Garuda Wisnu Kencana




Patung Dewa Wisnu
LAMPIRAN-LAMPIRAN


 Wisata Alam Hutan Sangeh

  
Wisata Alam Hutan Sangeh

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.      Nama                                 :
2.      No Induk Siswa                :
3.      Tempat, Tgl. Lahir :
4.      Alamat                              :
  Kec. Sumpiuh Kab. Banyumas
5.      Cita-cita                            :
6.      Hobi                                  : Mendengarkan musik, menyanyi
7.      Nama Orang tua   
a.       Ayah                          :
b.      Ibu                              :
8.      Riwayat pendidikan         
a.       SD/MI                        :
b.      SMP / MTs                 :
c.       SMA/MA                   : MA Negeri Sumpiuh
9.      Kata mutiara                     : Jadilah orang yang bermanfaatkan bagi orang lain
  tapi jangan mau kalau dimanfaatkan. Ok..!!
  mendapatkan kejahatan pula.

Demikian daftar riwayat hidup penyusun, dibuat dengan sebenar-benarnya.

Sumpiuh,     September 2015
Penyusun


..........................................

2 comments:

Post a Comment