INDAHNYA OBYEK WISATA GARUDA WISNU KENCANA DAN HUTAN SANGEH DI BALI
KARYA TULIS
Di ajukan dalam Rangka Melengkapi Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh
Ditulis Oleh :
Nama
: ANISA ENI PRIYANTI
Kelas
:
No. Induk :
MADRASAH ALIYAH NEGERI SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS
2015
KEMENTRIAN AGAMA
MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN)
SUMPIUH
Jl. Kebokura Sumpiuh, Telp. (0282) 497611 Kab. Banyumas 53195
![](file:///C:\Users\XPLORE\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.png)
PENGESAHAN
Karya Tulis
Berjudul :
INDAHNYA OBYEK WISATA DAN GARUDA WISNU
KENCANA HUTAN SANGEH DI BALI
Oleh :
Nama Siswa :
No. Induk :
Setelah membaca naskah karya tulis ini secara keseluruhan dan perbaikan
seperlunya dengan ini kami menyatakan bahwa karya tulis ini memenuhi syarat
untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah.
Sumpiuh,
September 2015
Mengetahui
Kepala MAN Sumpiuh Pembimbing,
Drs. H. Affandie, M.Ag Erry Rosilowati, S.Pd
NIP. 196006201987031002 NIP.
196802011995032001
MOTTO
Jika kamu
berbuat baik (berarti) berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai..” (QS. Al-Isra : 07)
PERSEMBAHAN
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mempersembahkan hasil karya tulis
ini kepada orang tua (Ayah dan Ibuku) tercinta yang telah memberikan dukungan
moril dan materiil, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya
tulis ini, sebagai tugas dari sekolah guna memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti Ujian Akhir Madrasah di Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun ajaran
2015/2016.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu, mendukung penulis karya tulis ini, antara lain :
1.
Bapak Drs. Affandie, M.Pd.I selaku Kepala Madrasah Aliyah
Negeri Sumpiuh.
2.
Bapak Amin Yuhdi, S.Pd.,M.Pd.I selaku guru
pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3.
Bapak/ Ibu Guru serta staf Madrasah
Aliyah Negeri Sumpiuh
4.
Keluarga tercinta, (Ayah, Ibu dan Kakak)
yang telah memberi dukungan secara moril dan materiil kepada penulis.
5.
Semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini.
Manusia adalah tempat kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan, demi
kesempurnaan laporan yang lain dimasa mendatang. Penulis berharap semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Sumpiuh, September
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2.Pembatasan Masalah....................................................................... 2
1.3.Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.4.Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
1.5.Manfaat Penulisan.......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1.Sangeh............................................................................................ 5
2.2.Kelompok Kera Sangeh.................................................................. 6
2.3.Misteri Makam
Kera Hingga Keindahan Taman Pala ................... 7
2.4.Legenda ......................................................................................... 8
2.5.Letak dan Lokasi
Wisata Garuda Wisnu Kencana......................... 9
2.6.Bukit Kapur Unggasan Menjadi Taman Budaya............................ 10
2.7.Proyek Garuda Wisnu Kencana...................................................... 12
2.8.Pembangunan di
Bukit Kapur yang Gersang................................. 13
2.9.Seguah Lokasi
Kunjungan Spiritual............................................... 14
2.10.Garuda Wisnu
Kencana Menggeliat Lagi..................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan..................................................................................... 17
3.2.Saran-saran...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sejarah dapat terjadi pada lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat suatu bangsa. Ketiga
lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh positif pada masyarakatnya untuk
memiliki rasa cinta tanah air. Sejarah bangsa Indonesia merupakan warisan nenek
moyang dan leluhur kita yang harus kita jaga, karena kita tinggal di negara
yang memiliki sejarah dan ini adalah tugas bagi manusia yang tinggal di negeri
ini. Baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Setiap individu
mempunyai hak yang sama untuk mencintai tanah airnya.
Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) adalah salah satu
dari begitu banyak pariwisata yang ada di Pulau Bali. Sangeh yang terletak di
sebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar terkenal karena ini merupakan sebuah dosa
dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas, di sebuah bukit yang
bernama Bukit Sari. Dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) sendiri yang terletak
dibukit Unggasan Jimbaran, Bali ini merupakan hasil karya putra daerah
sekaligus putera bangsa ini. Ciri-ciri bangsa yang melestarikan dan menjaga
budayanya adalah :
1.
Masyarakat bisa berfikir sistematis tentang apa yang ada
dalam sebuah peninggalan budaya serta dilakukannya dan belajar dari pengalaman.
2.
Warga negara (masyarakat) menguasai komitmen pada
peninggalan masa lalu pada proses pelestarian budaya bangsa.
3.
Memahami dan menguasai secara maksimal tentang budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang serta bertanggung jawab memantau kelestarian
budaya.
4.
Kita mampu untuk menjaga dan melindungi
obyek wisata yang dimilik tanah air.
Dari uraian diatas penulis ingin
menunjukan karya ilmiah yang berjudul “Indahnya Obyek Wisata Garuda Wisnu
Kencana dan Hutan Sangeh di Bali”
1.2.Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penulis hanya mengambil
data dari brosur dan pengalaman penulis sebagai pokok bahasan yang ditulis
dikarenakan agar para pembaca mengetahui lebih dekat dan lebih detail tentang
alam Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK).
1.3.Rumusan Masalah
1.
Adakah mitos-mitos yang disakralkan oleh
masyarakat Bali pada umumnya dan penduduk Ubud pada khususnya ?
2.
Bagaimana sikap pengunjung jika berada
di tempat wisata sangeh ?
3.
Apakah manfaat obyek sangeh bagi
masyarakat Bali dan negara Indonesia?
4.
Dimana tepatnya sangeh ini berada dan
legenda apa yang tersimpan di dalamnya ?
5.
Apa yang dilakukan oleh kelompok kera
yang tiba-tiba menghilang ?
6.
Apakah unsur-unsur agama yang terkandung
ditempat wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan pemeluk kepercayaan apa yang
melaksankan ibadah disana ?
7.
Adakah mitos-mitos yang disakralkan oleh
masyarakat Bali pada umumnya dan penduduk sekitar Garuda Wisnu Kencana (GWK)
pada khususnya terhadap Patung Garuda tersebut ?
8.
Siapa yang membangun dan mengembangkan
Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Pulau Bali ini ?
9.
Kapan Garuda Wisnu Kencana (GWK) mulai
dikembangkan dan dibangun ?
1.4.Tujuan Penulisan
1.
Sebagai salah satu untuk mengikuti Ujian
Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun Pelajaran 2015/2016.
2.
Untuk membuktikan kepada masyarakat
international bahwa Indonesia memiliki sejarah masa lalu dan memiliki berbagai
macam budaya, agama dan adat istiadat. Sehingga orang asing menghargai bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang beradab.
3.
Menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi
pelajar yang tour ke Bali dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang
kekayaan alam dan bangsa ini.
4.
Untuk menambah kecintaan akan sejarah
dan budaya yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia bagi para generasi
mudanya.
1.5.Manfaat Penulisan Karya Tulis
Adapun manfaat yang penulis sampaikan
dalam melaksanakan study tour ke Bali dan penyusunan tugas dari sekolah dan
guru pembimbing ini, diantaranya adalah:
1.
Melatih siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah.
2.
Sebagai bahan masukan untuk surnber daya manusia agar
lebih berkualitas bagi masyarakat dan pelajar Indonesia
3.
Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
4.
Sebagai sumbangan karya tulis bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, baik almamater pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1.Sangeh
Tempat pariwisata di Pulau Bali yang
terletak disebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar, Sangeh terkenal adalah Sangeh,
karena ini merupakan sebuah desa dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran bebas
disebuah bukit sari. Disana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari.
Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan. Menurut
legenda setempat Bukit Sari dan monyet ini berada disana ketika Hanoman, sebuah
tokoh dalam wiracarita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian
gunung ini jauh disana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Di Pulau Bali banyak akan
anda jumpai monyet atau kera penjaga pura menandakan bahwa tempat itu ada
betaranya, seperti di Sangeh.Puluhan monyet hidup disekitar hutan pura. Andapun bisa memberi makan monyet-monyet ini, tapi
kita harus hati-hati bagi yang membawa perhiasan atau aksesoris lainnya. Jangan
sampai kita membiarkan menempel pada badan kita pada saat kita memasuki area
Hutan Sangeh. Saran yang diberikan oleh penjaga atau pawang di tempat ini
adalah sebaiknya dilepas dan disimpan untuk sementara karena jika anda lengah
atau lupa melepasnya, maka monyet-monyet akan datang ke arah anda dan dengan
cepatnya tangan-tangan monyet ini akan mengambil barang anda, dan anda tidak
akan bisa berbuat apa-apa selain memandanginya.
Sangeh adalah nama sebuah desa yang di
bagian utara desanya ditumbuhi pohon pala seluas 14 hektar dan dihuni oleh
ratusan kera. Pohon pala seperti itu tidak dijumpai di tempat lain di Bali dan
keberadaannya di Sangeh ini merupakan misteri. Sebuah pura kecil diselimuti
lumut hijau tersembunyi di sela-sela hutan pala yang menjulang tinggi itu. Di
punggung sebuah tugu pura tersebut di pahat patung Garuda, seekor burung mistik
yang di dalam cerita Samudramantana dikisahkan sedang mencari tirta Amerta di
dasar samudra. Kemudian atas jasanya oleh Betara Wisnu, dihadiahkan seteguk
kepadanya akhirnya Garuda menjadi kendaraan setia Bathara Wisnu.
2.2.Kelompok Kera Sangeh
Sumohon menuturkan kepada penulis tentang keunikan lain
yang dimiliki oleh kera Sangeh adalah mereka mempunyai sebuah organisasi
layaknya manusia. Mereka mampu untuk mengadakan rapat. Bisa saja suatu hari
kera-kera itu menghilang tanpa dapat ditelusuri kemana perginya. Menurutnya,
hal itu tidak aneh lagi karena mereka sedang menggelar parum (rapat) di
wilayahnya masing-masing. Seperti layaknya manusia, kera di Sangeh mempunyai
kelompok-kelompok sendiri terdiri atas kelompok Barat. Tengah dan timur. Dan
masing-masing kelompok ada pemimpinnya. Tetapi, yang menjadi penguasa tertinggi
atau maharaja adalah pemimpin kelompok tengah. Karena selain wilayahnya paling
luas, juga terdapat Pura Bukit Sari yang terkenal kesakralannya.
2.3.Misteri Makam Kera Hingga Keindahan Taman Pala
Daya tarik utamanya adalah hutan yang dihuni oleh sekitar
700 ekor lebih kera. Beberapa tahun silam kera-kera Sangeh dikenal liar dan
suka mengganggu pengunjung, sampai-sampai ada pengunjung yang menderita trauma
karena dicakar hingga mengalami luka berat. Tak hanya itu. pengunjung juga
sering diusili kera seperti kacamata atau topi diambil dan di bawa lari. Kalau
di beri makanan, baru ia mengembalikan barang yang diambilnya. “Tapi sekarang
dijamin tidak ada lagi kera-kera yang mengganggu pengunjung karena sudah di
beri makanan secara teratur dua kali sehari. Dulu memang kera-kera itu nakal
karena kelaparan. Dengan mengambil barang milik pengunjung. kera itu berharap
diberi imbalan makanan.” Jelas Made Sumohon manajer obyek wisata Sangeh.
Lelaki asli kelahiran Sangeh itu lebih jauh menuturkan,
beruhahnya perilaku kera turut berimbas terhadap arus kunjungan wisatawan.
Semasa Sangeh masih identik dengan kera nakal. Wisatawan takut untuk berkunjung
dan menikmati keunikan alam Sangeh, karena takut diserang atau diambil barangnya.
Namun kini, selelah perilaku binatang primata itu berubah menjadi jinak,
wisatawan yang datang pun meningkat drastis. Mereka sudah tidak takut dan
was-was akan keselamatan diri dan barang bawaaannya.
Dalam hal ini Sumohon menegaskan, kera di Sangeh bukanlah
kera sembarangan. Jika umumnya kera di daerah lain suka di belai dan di pegang
kepalanya, janganlah melakukannya kepada kera Sangeh jika tidak ingin di gigit
atau di cakar. Kepala merupakan kehormatan bagi kera Sangeh sehingga pantang di
pegang orang. Tak hanya itu, berlaku kasar kepada kera Sangeh juga merupakan
larangan keras bagi para pengunjung.
“Belum lama ini ada penduduk dekat sini yang menabrak
kera tetapi tidak menghaturkan banten sebagai tanda minta maaf, tiga hari
berturut-turut anaknya sakit keras. Akhirnya, ia sadar telah melakukan
kesalahan kepada kera Sangeh dan datang kemari sambil membawa banten. Setelah
itu, anaknya langsung sembuh. Ada juga pengunjung yang meludahi kera. Tak lama
berselang kera yang diludahi langsung kerauhan (kesurupan). Inilah keunikan
kera Sangeh sehingga saya percaya bahwa mereka memang bukan kera sembarangan,”
urainya.
2.4.Legenda
Legenda lain menceritakan bahwa penghuni
hutan tersebut adalah prajurit kera yang kelelahan didalam pertempuran membunuh
Rahwana dalam cerita Ramayana. Kera-kera tersebut jatuh bersamaan dengan
bungkahan gunung dan hutan yang dipakai menghimpit tubuh Rahwana kemudian
menetap di hutan itu. Legenda Ramayana bercerita tentang turunnya Dewa Wisnu ke
dunia untuk memerangi kejahatan dari kaum raksasa yaitu Rahwana. Dalam
kepercayaan Hindu, turunnya Dewa Wisnu ke dunia untuk menegakan disebut dengan
Awatara.
Cerita lain juga mengatakan bahwa
seseorang putri kerajaan bernama Mayangsari yang sedang kasmaran, gagal
bertunangan, akhirnya melarikan diri ke hutan terdekat dan menjadi seorang
pertapa. Disaat pelariannya itu dia tidak memakai sehelai kainpun, sehingga
harus memakai rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling
terlarang. Dia gagal mewujudkan impiannya dan meninggal secara ghaib.
Masyarakat setempat percaya, bahwa dewi itu kini menjadi Bethari Mayangsari.
2.5.Letak dan Lokasi
Wisata Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di
Bukit Unggasan -Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal
Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan
menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Garuda Wisnu Kencana (GWK),
merupakan patung Dewa Wisnu yang berdiri tegak di Bukit Ungasan Jimbaran Bali
(selatan bandara).
Di areal komplek, mereka juga sudah
mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri
Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center
(TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang
tinggi, dan dipahat pula. Menurut keterangan yang diperoleh di lokasi, patung
yang berasal dari kuningan dan tembaga ini dibuat di Bandung kemudian
dikirimkan ke Bali dengan kondisi terpecah-pecah dalam beberapa bagian yang
siap rangkai. Dewa Wisnu sendiri dalam keyakinan umat Hindu merupakan dewa
pelindung atau pemelihara alam semesta. Sedangkan Garuda adalah kendaraan Dewa
Wisnu, yang melambangkan kebebasan dan pengabdian. sehingga secara keseluruhan,
GWK diharapkan menjadi simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung
tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara
mengendarai burung Garuda Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda danKerajaannya
yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk
menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan
tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.
2.6.Bukit Kapur
Unggasan Menjadi Taman Budaya
Menyebut nama Pulau Dewata Bali seakan
tidak terpisahkan dari pariwisata, Anggapan itu benar adanya, karena pesona
yang disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Sumber
kekuatannya adalah keindahan alam, termasuk kemolekan garis pantainya Nyaris
tiap jengkal kawasannya memantulkan keteduhan. Alam yang hijau segar cukup
mendominasi. Pemandangan itu secara tidak langsung menggambarkan perbedaan
mencolok dengan daerah lain yang sudah menjadi gundul dan tandus akibat ulah
penduduknya.
Perbedaan lainnya bisa dicatat dari
perkampungannya, entah di kota atau di pedesaan. Perkampungan di Bali jauh dari
kesan gersang. Rumah-rumah umumnya tumbuh di antara atau di bawah naungan
pohon. Tidak sedikit pohon di kawasan ini tumbuh secara alamiah, namun terpelihara
hingga berusia tua. Semua itu adalah pendukung utama yang mengibarkan Bali
menjadi daerah tujuan wisata bernilai tinggi. Namun, keindahan alam di Bali
ternyata masih menyisakan Unggasan.
Maklum saja, Ungasan dan sekitarnya
memang merupakan perbukitan kapur yang memancarkan pemandangan tandus dan
gersang. Berbeda dengan wilayah Bali lainnya, perbukitan Ungasan tergolong
kawasan miskin humus. Tak ada bagian lahan yang dapat diolah menjadi sawah.
Masyarakat setempat memanfaatkan lahan sekitamya hanya untuk ditanami jagung,
kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Keberadaan lahan garang itu selanjutnya
berpengaruh langsung terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Sosok kemiskinan
memang terpancar kuat dari perkampungan Ungasan. Seperti apa gambarannya, sebut
saja misalnya rumah yang lazim disebut kubu sebagai tempat tinggal warganya,
rata-rata hanya dari bahan gedek (anyaman bambu). Sesuai kondisi lahan, hasil
kebunpun sangat terbatas, hanya berupa kacang-kacangan, singkong, dan ubi jalar
(tatas).
Namun, dari perbukitan Ungasan, mereka
juga menyaksikan gelimang pariwisata yang tak henti-hentinya mengalirkan rezeki
dan kemegahan bagi warga tetangganya di Kuta dan Denpasar. Namun, jangan cepat
terkecoh dulu Ungasan yang memancarkan kemiskinan itu adalah kisah masa lalu,
setidaknya hingga awal tahun 1990-an. Ungasan kini sudah berubah jauh, bahkan
lelah menjadi salah satu obyek wisata yang mampu membuat para pengunjung
berdecak kagum. "Kalau dulu atau hingga sebelum peristiwa peledakan bom
Bali, wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan ini rata-rata 500 orang per
hari atau iebih kurang 15.000 per bulan.
Lanjutan langkah pergumutannya kemudian
menjelma menjadi sebuah program yang dikenal bernama Proyek Garuda Wisnu
Kencana (GWK). Bernaung di bawah Yayasan GWK pimpinan Nyoman Nuarta, proyek itu
intinya berupa pembangunan sebuah patung berukuran raksasa untuk ditakhtakan di
puncak bukit kapur yang tandus, Ungasan. Patungnya sendiri juga bernama Garuda
Wisnu Kencana, Wisnu yang dimaksud di sini adalah Dewa Wisnu. Menurut keyakinan
agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa pelindung atau sumber kekuatan utama
pemelihara alam semesta, Wujud yang menyertainya adalah garuda, seekor burung
raksasa yang jadi kendaraan Dewa Wisnu, sebagai perlambang kebebasan sekaligus
pengabdian tanpa pamrih.
2.7.Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Perubahan dan pengembangan perlu
dilakukan di wilayah GWK, Disini yang berobsesi mengubah kawasan tandus Ungasan
menjadi taman budaya sekaligus obyek wisata kaliber dunia, realisasi fisiknya
di lapangan sebenarnya sudah mulai digarap sejak tahun 1997.
Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah
atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman
yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukan penggalan batu, potongan
kayu, atau benda lepas lainnya. Di sini yang diukir adalah permukaan bukit
kapur dengan cakupan areal seluruhnya 250 hektar. Kisah tentang pengukiran
bukit inipun bertambah menarik karena sebagian permukaan kawasan sebelumnya
sudah bopeng alias berlubang-lubang. "Luka bopeng" kulit bumi Ungasan
terjadi akibat penggatian material kapur sebagai bahan bangunan di Denpasar,
Kuta, atau tempat lainnya di Bali. Sebelum mulai mengukir sekitar enam tahun
lalu, Nyoman Nuarta bersama kelompoknya dilaporkan lebih dahulu membenahi
lubang-lubang liar di kawasan itu. Proyek yang menelan biaya triliunan rupiah
itu hingga kini belum terwujud.
2.8.Pengembangan di Bukit Kapur yang Gersang
Bukit kapur Ungasan sudah berubah meski
warganya masih tetap menunggu kapan kawasan itu sungguh-sungguh menjadi taman
budaya yang menyedot perhatian dunia. Terletak diatas dataran tinggi batu kapur
padas dan menatap kawasan wisata di pesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana
Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar
belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan.
Dengan jarak tempuh 15 menit dari
Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK
menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran
dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual. Kawasan
seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat
pertunjukan serta berbagai layanan tata boga.
Perwujudan modern sebuah tradisi kuno.
Wisnu Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta
yang mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa
terbuat dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter,
menjadikan figur ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi
kuno. Wujud yang menyertainya adalah Garuda seekor burung besar yang menjadi
kendaraan Dewa Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa
pamrih. Beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri
kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambii dari kisah
dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan
ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Rayon atau
Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa.
2.9.Sebuah Lokasi Kunjungan Supra Natural
Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat
Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang
dengan kandungan mineral-mineral utama. Keberadaan air di puncak bukit kapur
padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan
ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi. Air
tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan
luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan
panen yang baik. Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri
seseorang dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin. Tempat untuk
berbagai kesempatan. Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk
dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi
sangat ideal.
Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat
duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi
untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelitingi pilar-pilar batu cadas
serta latar belakang palung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas
7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar. Sebagaimana
arena upacara desa-desa di Bali Street Theatre merupakan tempat yang sangat
tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak.
Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki
kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, vane terbuka untuk umum.
Exhibition Gallery yang memiliki luas 200 m2 terdapat 10 m halaman terbuka di
dalamnya. Santap malam dibawah naungan bintang. Sejumlah cafe dan restaurant
menyediakan layanan tata boga yang lengkap, dari makanan kecil, hidangan ringan
dan lain-lain.
2.10. Garuda Wisnu Kencana Menggeliat Lagi
Patung itu nanti juga akan dilapisi emas
di bagian-bagian tertentu. Hingga kini, biaya yang sudah dihabiskan mencapai Rp
30 miliar. Kemilau emas yang terkena sinar matahari nantinya dapat terlihat
dari kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot. Lebih eksotis lagi, GWK akan
menjadi pemandangan pertama saat pesawat turun di Bandara Ngurah Rai Denpasar.
"Kita berharap GWK mampu menjadi ikon baru bagi Bali, dan juga bagi
Indonesia, turur Nurjaya.
Kemampuan menyelamatkan itu yang
dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai
kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta
lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga
menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi
adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda Di Thailand, Garuda dikenal dengan
istilah Krut atau Pha Krut. Semangat yang dikobarkan Garuda itu diadaptasi
sedemikian rupa sebagai metafora dari roh pembebasan yang dikandung revolusi
Indonesia.
Dewi Shinta dari kekejaman Sri Rama.
Rahwana kalah hanya karena kelicikan Sri Rama yang dibantu oleh Wibisana, si
pengkhianat negara Di Bali (Bali itu mayoritas beragama Hindu yang notabene
berasal dari India) dikenal punakawan seperti Sangut dan Delem (di pihak
kejahatan), serta Merdah dan Tualen (di pihak kebaikan). Nah, padahal menurut
versi India tidak pernah didengar nama-nama punakawan seperti itu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
- Berdasarkan hasil penelitian sejarah tentang Obyek Wisata Sangeh, yang terletak di Pulau Bali pada tahun ajaran 2015/2016 yang tertuang di dalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a.
Sangeh memiliki mitos-mitos yang
disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat Ubud pada
khususnya, yaitu tentang makam kera yang mampu mengabulkan permintaan mereka.
b.
Sikap pengunjung jika berada ditempat
pariwisata sangeh harus menjaga sopan santun.
c.
Manfaat obyek wisata sangeh bagi
masyarakat Bali dan negara Indonesia mampu menambah devisa daerah dan negara.
d.
Sangeh ini berada di pulau Bali tepatnya
di Ubud dan legenda yang dtersimpan di dalamnya tentang misteri makam kera.
e.
Yang dilakukan oleh kelompok kera, yang
tiba-tiba menghilang adalah mereka melakukan pertemuan dengan kera yang lain
sesuai dengan kelompoknya.
- Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan – Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa, Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan dipahat pula.
Menyebut nama Pulau Dewata Bali, seakan tidak terpisah dari
pariwisata. Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang disajikan oleh Pulau
Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah
atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman
yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukanlah penggalan batu,
potongan kayu atau benda lepas lainnya.
3.2.Saran
Untuk mencapai keberhasilan yang baik
dalam pelaksanaan penulisan Karya Tulis dan pelestanan sejarah suatu obyek
wisata maka perlu adanya saran diantaranya:
1.
Sekolah sebaiknya memberikan fasilitas
kepada siswa-siswinya dalam penyusunan karya tulis atau tugas yang lain.
Misalnya memberikan siswa untuk menggunakan fasilitas komputer yang dimiliki
sekolah, sehingga siswa tidak terlalu besar mengeluarkan biaya dalam pembuatan
karya tulis.
2.
Bagi masyarakat Pulau Bali pada
khususnya dan para pengunjung pada umumnya harus bekerja sama menjaga keindahan
dan kebersihan lingkungan obyek wisata sangeh.
3.
Seluruh masyarakat dan pemerintah harus
bekerja sama dalam pelestarian budaya bangsa yang dimiliki oleh setiap daerah.
4.
Kerja sama yang baik antara pihak
pengelola obyek wisata dan pemerintah dalam melaksanakan pengembangannya
sehingga proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) cepat terselesaikan.
5.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bekerja secara maksimal dan profesional dalma menyalurkan dan memberikan
subsidi dalam pembangunan proyek pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK)
tersebut.
6.
Kepedulian bagi masyarakat pulau Bali
pada khususnya dan para pengunjung pada umumnya dalam menjaga keindahan dan
kebersihan lingkungan obyek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini.
7.
Kegotong royongan antara seluruh
masyarakat Bali dan pemerintah dalam pelestarian budaya bangsa yang dimiliki
oleh setiap daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Internet. 2012. www.wisatabali.com.
Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)
Internet. 2012. google.com-search-image-garuda-wisnu-kencana-dibali.com.
Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)
Internet. 2012. google.com-search-image-objek-wisata-hutan-sangeh
-dibali com. Sumpiuh : Explore.net (Agustus 2013)
Kurnia.
Novani. 2012. Indahnya Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana Dan Hutan Sangeh Di
Bali. MAN : Sumpiuh
Solikhah.
Maratus. 2011. Menelusuri Objek Wisata Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana di
Bali. MAN : Sumpiuh.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Patung Garuda Wisnu Kencana
Patung Dewa Wisnu
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wisata Alam Hutan Sangeh
Wisata Alam Hutan Sangeh
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Nama :
2.
No Induk Siswa :
3.
Tempat, Tgl. Lahir :
4.
Alamat :
Kec. Sumpiuh Kab. Banyumas
5.
Cita-cita :
6.
Hobi :
Mendengarkan musik, menyanyi
7.
Nama Orang tua
a.
Ayah :
b.
Ibu :
8.
Riwayat pendidikan
a.
SD/MI :
b.
SMP / MTs :
c.
SMA/MA :
MA Negeri Sumpiuh
9.
Kata mutiara : Jadilah orang yang bermanfaatkan bagi orang
lain
tapi jangan mau kalau
dimanfaatkan. Ok..!!
mendapatkan kejahatan pula.
Demikian daftar riwayat
hidup penyusun, dibuat dengan sebenar-benarnya.
Sumpiuh, September
2015
Penyusun
..........................................
2 comments:
Cheat BandarQ
Cheat Sakong
Agen BandarQ
Agen Sakong
Ceme Online
Kak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
http://beruksss.wallinside.com/
.
Post a Comment